Jakarta (25/4). Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo memberikan pencerahan tentang keterampilan hidup pada 600 muda mudi LDII Kebon Jeruk. Acara ini dihelat di masjid Miftahul Huda, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Dalam kehidupan, Prasetyo Sunaryo menjelaskan jika kehidupan tidak selamanya lurus. Terkadang ada Lika liku yang harus dihadapi dengan sabar dan penuh syukur. Ini yang disebut bagian dari kehidupan, cobaan – pertolongan yang datang silih berganti dari Allah.
“Beruntung orang yang kerja keras tirakat banter. Ketika kita tidak kerja keras dan biasa biasa saja, maka kita harus melihat dalil ini, enam tabiat luhur. Kita selain berbuat baik juga harus berprestasi dan menjadi manusia yang luar biasa,” ujar Prasetyo Sunaryo.
Terlebih lagi dengan perubahan teknologi, turut memacu perubahan jaman. Berawal dari abad 18 yaitu era pertanian dan ilmu yang dibutuhkan tentang pertanian. Abad 19 tentang industri, hingga. abad 20 memasuki abad informasi.
Di abad ini manusia bekerja dengan ilmu pengetahuan. Lalu memasuki abad 21 tentang abad konseptual. Jika tidak demikian maka apa yang dikerjakan tidak menghasilkan apa-apa. Menyikapi perubahan tersebut pemuda harus memiliki trisukses Generus.
Seperti apa trisukses generus, Prasetyo Sunaryo menjelaskan dua hal. Menurutnya, tri sukses sebagai muslim itu alim faqih, beraklakul Karimah, dan mandiri. Sementara trisukses sebagai warga negara yaitu memahami UUD 45, berakhlak baik – berkarakter kinerja, dan mandiri secara ekonomi.
Untuk mencapai kemandirian itu, Prasetyo Sunaryo mengajak generus untuk memiliki kesenangan yang berbuah keterampilan. Keterampilan yang di kerjakan dengan senang hati tentu akan menghasilkan maisyah
“Lewat kesenangan kita, kita akan mudah merujuk keterampilan apa yang bisa kita lalukan. Misal senang membersihkan rumah, berarti memiliki empati tinggi. Dia memiliki kemampuan service atau pelayanan yang mampu memuaskan orang lain,” ujarnya.
Kesenangan menjadi keinginan yang menghasilkan keterampilan, keterampilan akan menghasilkan maisyah. “Saya senangnya apa, maka saya ingin apa. Tentunya kesenangan yang diperkenankan oleh Allah dan Rasul,” ia menambahkan.
Untuk mencapai kemandirian ada dua jenis keterampilan yang harus dimiliki, yaitu keterampilan pekerjaan (profesional skill) dan kecakapan hidup (life skill). Namun 15 persen menuju kesuksesan ditentukan oleh ijazah atau jenjang Pendidikan. Sementara 85 persennya ditentukan oleh kecakapan hidup.
Ada empat komponen life skill, yaitu :
1. Habit atau kebiasaan
Kita selalu mengevaluasi kebiasaan. Apa kesalahan yang kita lalukan dan bagaimana memperbaikinya. Hari ini harus lebih baik dari kemarin, besok harus lebih baik dari sekarang.
2. Mindfullness atau kemampuan fokus.
Apa yang kita lakukan jangan sekedar menggugurkan kewajiban, tapi lakukan hal yang meningkatkan kemampuan hidup kita agar merasa bertenaga. Kalau hanya sekedar menggugurkan kewajiban kita rugi.
3. Mindset atau pola pikir.
Pertolongan Allah harus kita barokahkan. Kalau kita tidak mempunyai kesenangan atau keinginan agar berkembang tentu kehidupan kita akan seperti itu itu saja. Terlebih dalam beribadah kepada Allah harus selalu meningkat. Sesungguhnya Allah bersama persangkaan manusia
4. Design thinking atau kemampuan berpikir
Misalkan, 5 tahun lagi saya akan seperti apa. Jika demikian, maka tahun pertama akan begini, tahun kedua begini, hingga mencapai tujuan di tahun ke lima.artinya kita harus memiliki kepandaian dalam merencanakan hidup kita.
5. Motivating skill atau kemampuan memotivasi diri.
Kita bisa melaksanakan dalil kerja keras tirakat banter. Maksudnya mampu memotivasi diri kita sesuai keadaan. Misalkan, supaya saya senang dan nyaman dalam pengajian meski ngantuk. Misal datang tepat waktu. Antara keinginan dan suasana dapat kita sintesiskan agar kita bisa memotivasi diri. Berlatih memotivasi diri, bagaimana dari keadaan tidak tertarik menjadi tertarik.
Intinya adalah Belajar bagaimana caranya mengerti, bagaimana cara melaksanakan, bagaimana cara hidup bersama, bagaimana mentransformasikan harapan hidup kedalam kebersamaan komunitas, dan terakhir belajar bagaimana merumuskan dan menggapai cita cita.Prasetyo pun memberikan semangat kepada para generus. Generus harus melawan rasa malas, dan mengetahui keinginannya apa.