Sumur toki dalam bahasa Papua yang berarti sumur tumbuk. Sumur ini dibuat menggunakan batang pipa galvanis yang ditancapkan ke tanah, lalu secara bertahap ditumbuk menggunakan palu berkatrol, yang ditarik oleh banyak orang.
Masjid Ainil Yaqin menerima asupan air berkarat dari Sumur toki yang hanya sedalam 8 meter. Karenanya Saringan air dibuat Untuk memperoleh air jernih dari Sumur tersebut. Namun air yang telah disaring masih mengandung sedikit karat seng. Untuk ituWarga LDII yang bertempat pada sekitaran Masjid Ainil Yaqin, setiap Jumat pagi berkerja bakti membersihkan Saringan air dan membersihkan sisa karat keramik pada setiap kamar mandi.
Taufik salah satu Warga LDII memaparkan setiap minggu dibutuhkan minimal empat botol Porstex untuk membersihkan karat keramik kamar mandi, dan dalam kurun waktu 10 tahun, terkalkulasi dana sebesar Rp 50 juta, hanya untuk membeli Porstex. Anggaran fantastis ini menjadi perhatian Saharudin selaku ketua BKM Ainil Yaqin, dan Ia berniat membuat sumur toki yang lebih dalam.
Rapat Pengurus BKM Ainil Yaqin, Sutadji yang merupakan Ketua Pembangunan Masjid Ainil Yaqin, sependapat dengan Saharuddin. Ia memaparkan bahwa sebagian besar dataran Timika berasaldari rawa yang banyak mengandung seng.
Mengerahkan semua tenagaWarga LDII Timika, Proyek yang dipimpin lansung oleh Sutadji ini berlangsung selama empat hari (17-20/04). Sudah 23 meter ke dalaman sumur, belum membuahkan air jernih. Barulah pada penghujung hari keempat, Warga dapat bernafas lega, dengan kedalaman 30 meter, air jernih berhasil ditemukan. Dalam wawancara pada salah seorang warga, “Sumur toki yang di buat secara beramai-ramai ini, menghemat biaya sampai 200%,” kata Eko Susilo. Karena dibuat secara bergotong royong sumur toki ini hanya memakan dana Rp 150 ribu permeternya. Pada umumnya tukang sumur toki, membandrol setiap kedalaman 1 meter dengan Rp 450 ribu. (izul firdaus/Papua)