Jakarta (22/11) Dongeng merupakan rangkaian peristiwa nyata atau tidak nyata yang disampaikan secara sederhana dan mengandung pesan moral yang baik. Kisah nyata itu bisa berupa sejarah, biografi atau testimoni. Mengingat banyaknya manfaat dari mendongeng , DPD LDII Jakarta Selatan menggelar acara “Kumpul Caberawit 2016” yang diikuti oleh 7 PC dan 35 PAC yang berada di DPD Jakarta Selatan. Panggung yang berada di Dojo 313, Pondok Labu, Jakarta Selatan masih lengang, Sabtu (19/10).
Anak-anak yang tak betah duduk tampak berkeliling dan berlari-larian. Tak mengindahkan ucapan orang tua yang melarang mereka bergerak terlalu agresif. Mereka menunggu kehadiran seorang pendongeng yang akan melantunkan cerita di hadapan mereka.
Tiba-tiba, seorang pria berbaju putih bercelana panjang coklat muncul dari tengah-tengah peserta. Ia memakai topi dan berkacamata berbingkai putih. Senyum mengembang di wajahnya sambil berjalan santai ke atas panggung. Pria yang dipanggil kak awam itu kemudian menyapa anak-anak yang sudah hampir bosan duduk.
”Siapa di sini yang mau dengar dongeng?,” kata Kak Awam memulai. Kemudian ia mulai memainkan kepiawaiannya menarik perhatian anak-anak. Bertanya siapa yang paling hebat dalam menyambut salam. Mereka kemudian berlomba-lomba mengeraskan suara.
Di luar dugaan, anak-anak yang tadinya terlihat tak tertarik mulai tertawa-tawa melihat tingkah polah pria itu. Kak Awam menirukan banyak suara binatang yang membuat anak-anak terpukau. ”Ih kok bisa ya,” ujar Gladys salah satu anak yang hadir setelah melihat Kak Awam menirukan suara gajah, ayam, monyet, kucing dan lain-lainnya.
Kak Awam bernyanyi bersama Miqdad Prakoso diikuti oleh anak-anak dan bertepuk-tepuk tangan. Mereka mengikuti pria pendongeng yang terus mengajak mereka berteriak dan bergerak. Anak-anak itu tampak tertawa melihat Kak Awam bertingkah sebagai anak perempuan.
Pemerhati anak yang juga pendongeng Awam Prakoso mengatakan guru pendidikan anak Sekolah Dasar dan guru Taman Kanak-Kanak dituntut untuk bisa mendongeng sebagai salah satu media pembelajaran efektif bagi anak usia nol-enam tahun.
“Mendongeng pun ada teknik dan pembagian usianya. Anak usia nol-empat tahun cukup diberikan dongeng yang sederhana hanya untuk merangsang fungsi pendengaran karena itu perlu menonjolkan intonansi, gerak tubuh, dan volume suara,” kata Awam Prakoso pendiri “kampungdongeng.com”
Acara ini ditutup oleh Dewan Penasihat DPD LDII Jakarta Selatan, H. Aceng Karimullah dengan sambutan dan diiringi mendongeng untuk anak usia SD se-DPD LDII Jakarta Selatan ini. (Wicak/LINES)