Pernikahan adalah salah satu ibadah sunnah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Akan tetapi dalam melaksanakannya banyak pemuda-pemudi yang salah dalam melangkah. Menghindari hal terserbut, Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Depok mengadakan pembekalan pra nikah untuk para santri mahasiswi penghuni pondok pada Sabtu (24/5) bertempat di Masjid Fatimah, Komp PPM Al Faqih Mandiri, Depok.
H. Aselina Endang Triastuti, MBA, Anggota Departemen Komunikasi, Informasi dan Media DPP LDII, sebagai pembicara mengatakan usia 18-20 tahun merupakan usia yang cukup matang untuk mendapatkan pembekalan pra nikah. Karena menurutnya usia tersebut tidak lama lagi akan menjadi ibu rumah tangga dan seorang istri yang patut mengetahui kewajibannya.
Di awal pembekalan melalui media video, Endang memberikan Muhasabah Hikmah Sebuah Pernikahan. Peserta diajak menrenungi manfaat dibalik menikah. Tidak hanya menghalakan yang dahulu diharamkan. Akan tetapi lebih jauh dari itu, menikah juga meningkatkan dan manjaga kemuliaan dan kehormatan wanita.
Lewat video tersebut Endang juga menjawab keraguan remaja saat ini yang menunda menikah karena masalah rizki dan khawatir belum siap. “ Jangan takut menikah karena masalah materi, Allah berjanji akan memberikan kecukupan rizki bagi hambanya yang menikah,” kata Edang mengutip perkataan Ibnu Abbas.
Kenapa Harus Menikah?
Seperti ibadah lainnya, menikah juga memiliki keutamaan tersendiri. Sebagaimana hadist yang diriwayatkan Bukhori, pahala sholat 2 rakaat orang yang telah menikah sama dengan sholat 82 rakaat bujang (perjaka atau perawan). Selain itu menikah juga memperbaiki kondisi seseorang. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW “Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah,” HR. Bukhari.
Menikah menurut Endang juga merupakan pintu menuju keluarga. Hal ini berarti lewat menikah adalah jalan membangun generasi rabbani, melalui putra-putri yang sholih dan sholiha. Pernikahan juga menjadi saran tarbiyah (pendidikan kedewasaan hidup) dan sarana dakwah (saling mengingatkan kebaikan dalam keluarga).
Tidak hanya menjelaskan tentang alasan kenapa seorang wanita harus segera menikah, Endang juga menjelaskan berbagai pengetahuan pra nikah. Diantaranya bagaimana mengatur niat menikah,menjawab ketakutan menjalani pernikahan, kriteria jodoh ideal menurut Islam, keahlian yang harus dimiliki guna mengharmoniskan rumah tangga, serta persiapan resepsi pernikahan.
Endang berkali-kali menekankan bahwa pernikahan merupakan proses menyatukan perbedaan. Tidak hanya dua jenis kelamin secara biologis, tapi juga menyatukan dua keluarga yang sering kali berbeda latar belakang dan budaya. Hal ini harus disikapi dengan baik oleh kedua belah pihak yang akan menikah.
Endang menjelaskan dalam mengolah perbedaan, selalu siapkan diri untuk mengenal (bukan berharap dikenal). Selain itu, dirinya menambahkan dalam seni mengolah perbedaan adalah bagaimana caranya mencari celah mengubah perbedaan menjadi ketergantungan. “Seorang istri harus pandai membuat suami tergantu akan masakannya, hasil setrikaan bajunya, kopi buatannya, dan lain sebagainya,” jelas Endang.
Nesya, mahasiswi Administrasi Negara, FISIP UI mengaku semakin termotivasi untuk menikah setelah mengikuti pembekalan ini. Dirinya semakin yakin berprinsip memilih calon pendamping hidupnya berdasakan agamanya. “ Pilih seseorang (suami) itu berdasarkan agama titik. Jadi meskipun dari segi yang lain punya nilai lebih, kalau agamnya nol percuma,” tegas Nesya
Senada dengan Nesya, Nia Amalia peserta yang juga mahasiswi Teknik Industri PNJ mengaku semakin termotivasi pasca mengikuti acara ini. Nia berpandangan jodoh merupakan qodar. Oleh sebab itu harus melakukan hal yang baik agar mendapatkan qodar yang baik pula. “Memperbaiki diri untuk dapat (suami) yang baik juga,” ujarnya mengutip surah An Nuur: 26 yang dibacakan saat acara. (Bahrun/Lines, Foto: Nadya)