Menjelang ramadhan ini,kita mulai melihat acara televisi berubah secara serentak…apalagi nanti saat ramadhan tiba,pastilah semua akan menjadi islami…sinetron islami.humor islami,bahkan ngegosippun yang sudah sehari 5 kali akan berubah gosip islami…sepertinya masih ada yang kurang rela meninggalkan hal-hal yang sia-sia bahkan maksiat meski di bulan suci Ramadhan. Betapa kita cuma menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang, menurut istilah seorang pengamat media, Veven Sp. Wardhana sebagai “dalam rangka”, sehingga hanya alim saat di bulan Ramadhan. “Dalam rangka” menghormati bulan Ramadhan, televisi pun berubah jadi “mushola” dengan beragam t ayangan bernuansa islami. Masyarakat kita masih tergantung dengan “dalam rangka”, sehingga hanya bisa masuk dan merasuk dalam tema tertentu saja. Begitu pendapat Direktur Institute for Media and Social Studies Jakarta ini.
Ah, jika dari tahun ke tahun selalu begitu, nggak ada lagi nikmat yang kita reguk dari Ramadhan. Nggak terasa lagi beda yang nyata dan memberi pengaruh besar dalam hidup kita dari “gemerlap” cahaya Ramadhan ini. Malam-malam yang kita lalui nggak terasa lagi syahdu mengharap berkah, rahmat, dan ampunan dari Allah. Bahkan sebaliknya, malam-malam yang kita lalui nggak ada bedanya dengan nuansa pada bulan lainnya. Kelakuan dan kebiasaan kita masih “istiqomah”dengan cara lama sebelum Ramadhan. Cuma bungkusnya aja yang berganti, tapi isinya udah basi. Kalo begitu, rasanya wajar kalo bilang: Ramadhan Is Dead! seperti dalam bukunya Shofwan Al Bana .
Maraknya tayangan televisi di bulan Ramadhan nanti ,seperti tahun-tahun lalu biasanya sangat memprihatinkan ragam tayangan menjelang berbuka dan pengantar makan sahur yang seolah ?melecehkan' kesucian dari Ramadhan itu sendiri. …banyak becandanya,dan ngurangi kekhusyukan doa dan sholat malam kita.maksudnya sich biar gak ngantuk….tapi ujungnya bikin lupa doa sholat malam…ya..kan,apalagi anak anak muda.juga tua tua ..hehe…Makanya sebelum masuk ramadhan kita inget inget dah.
Mungkin masyarakat kita udah terbiasa dengan humor, sehingga tayangan-tayangan tersebut pun tak sedap dipandang mata kalo nggak nyelipin (sebenarnya bukan nyelipin definisinya, sebab faktanya humor ini jadi mayoritas di acara itu, dan justru ceramahnya yang nyempil). Hmm? acara taushiyah pun berubah jadi sebagai pelengkap acara.Kalo ada program acara yang kerasa kuat pesannya, tapi lagi-lagi dikemas dengan guyon. Kayak Ceramah Ceria . Sebetulnya nggak masalah juga menyampaikan materi dengan rileks dan ringan, serta mengibur. Boleh jadi itu memang cara efektif untuk menyampaikan pesan kepada kalangan tertentu. Tapi, tentunya nggak elok kalo kemudian jadi kebanyakan guyonnya. Lebih celaka lagi kalo jamaahnya ditanya, Materinya apa tadi??? Lucu! (cuma itu jawaban yang keluar). Ya, sangat boleh jadi, acara ini digelar pun mengikuti selera pasar (logika pengelola media sih dari dulu emang begitu karena sejatinya emang lagi mancing iklan…
Mengapa kita tidak berubah?
AlvinToffler pernah menyampaikan bahwa: “Perubahan tak sekadar penting untuk kehidupan. Perubahan adalah hidup itu sendiri.”Nah, pertanyaannya kenapa kita masih malas untuk berubah dalam hidup ini? Tentunya berubah ke arah yang baik ya. Karena kalo berubahnya ke arah yang buruk rada gampang. keimanan yang cuma nyangkut di KTP langsung goyang deh,ngeliat yang asyik asyik…lupa taraweh,lupa iktikaf.lupa tadarus… Lalu rame-rame deh pada melanggar.Naudzubillah min dzalik,,,
Temen temen,yang saya cintai, menjadi baik itu nggak susah. Asal kita mau dan punya niat tulus untuk mengubah kebiasaan buruk kita. Apalagi kalo kita nyadar bahwa hidup ini cuma sekali, dan sementara pula. Apa yang bakal kita bawa sebagai bekal kalo tiba-tiba besok pagi Allah mengutus Malaikat Izrail membawa surat perintah untuk mencabut nyawa kita? Cuma orang yang nekatz dan nggak tahu diri aja yang berani menghadap Allah dengan bekal amal baik yang minim. Jangan sampe deh ngalamin seperti itu.
Kalo ngomongin soal perubahan, yang dekat dengan kita saat ini dan bisa nyambung, ya tentang Ramadhan. Sebenarnya perintah Allah jelas banget, bahwa diwajibkannya puasa buat kita, kaum mukminin, adalah untuk mendapatkan predikat takwa. Bukan yang lain. Firman Allah Swt:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS al-Baqarah [2]: 183)
Oke, saatnya kita jadikan Ramadhan menjadi momentum perubahan kita menuju level ketakwaan yang lebih tinggi (jangan cuma semangat naikkin level kalo main game neh… hehehe). Yuk, berlomba menjadi yang terbaik. Itu sebabnya ubah kebiasaan, khususnya kebiasaan buruk.
Jangan matikan Ramadhan!
Kalo duluuuu sekali kita rajin teraweh ke mesjid,karena mengejar tanda tangan ustad,kenapa sekarang kita tidak datang,mengharap tanda tangan Allah langsung yang akan menorehkannya dalam buku catatan kita kelak,karena ramadhan ini yang mencatat adalah ALLAH SWT,.Kalau duluuuu sekali kita rajin tadarus,karena target dari sekolah kita,mengapa kebiasaan itu kita tinggalkan??Kalau duluuu sekali kita rajin iktikaf,karena ngarep kumpul temen cabe rawit atau anak muda yang ngarep cenas doinya dateng……Kenapa sekarang dengan Lillahi taala kita datangi iktikaf,karena tau bahwa yang mencatatkannya adalah yang menjaga hidup kita…Jadi apapun kebiasaan baik kita duluuu….sekali…marlah kita ulang sekarang ini,dengan semangat yang berbeda…
Kalo sekarang Ramadhan tampak seperti mati (karena memang nggak kerasa nuansanya), maka sebenarnya kitalah yang membuatnya mati dan bahkan sudah menguburkannya dalam-dalam.. Padahal, itu cuma diberikan sebulan dalam setahun oleh Allah. Hmm? bener-bener nggak tahu syukur kalau ada yang seperti ini….
Temen temen , mumpung Ramadhan baru akan menjelang, mari kita hidupkan ramadhan,jangan matikan Ramadhan. Karena ia belum akan mati. Kitalah yang menjadikan Ramadhan mati. Ramadhan akan tetap hidup bersama orang-orang yang merindukannya. Mereka akan tetap bermesraan dengan Ramadhan di setiap detik yang ia lewati, di setiap menit yang ia lalui, dan di setiap malam yang selalu membuatnya terjaga untuk senantiasa mengisinya dengan ibadah. Ramadhan memang tidak akan pernah mati, ia akan hidup terus bersama orang-orang beriman yang mencintainya.
Sekali lagi, jangan kubur Ramadhan. Karena ia masih hidup. Sebaliknya, kita nyalakan semangat dan ceriakan Ramadhan dengan amal sholeh yang berlimpah. Deras mengalir dari setiap ucapan dan perbuatan kita. Agar banjir nikmatnya terasa sampe membekas dalam hidup kita selamanya. Semoga Ramadhan kali ini (dan juga seterusnya) memberikan kekuatan yang besar dalam hidup kita untuk mengubah kebiasaan buruk kita. Berubah menjadi lebih baik. Karena Ramadhan memang belum mati.
Nabi SAW mengatakan "Celakalah orang yang masih menjumpai kedua orang tuanya,tapi dia masuk ke Neraka,Celakalah orang ketika disebut Nama Muhammad tidak bersholawat,dan celakalah orang yang menjumpai Ramadhan tapi masih membawa dosa"
SELAMAT BERPUASA….
Oleh :Irawan Budi