Jakarta (18/5). Rapimnas DPP LDII kali ini mengambil tema: “Kepemimpinan Profesional-Religius Untuk Mewujudkan Indonesia yang Semakin Bermartabat” menjadi semacam pesan bagi para calon presiden 20014-2019, untuk menciptakan Indonesia lebih baik di masa mendatang.
Sebab LDII menyadari, ekonomi bangsa yang dipengaruhi ekonomi pasar yang sangat liberal dan penguasaan asing terhadap pangan dan energy membuat bangsa Indonesia sulit menjadi bangsa yang maju.
Dalam pidato pembukaannya, Menteri Agama Suryadharma Ali mengingatkan 2014 merupakan tahun politik, di mana terdapat Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden, untuk itu setiap warga negara wajib menjaga persatuan dan kesatuan, serta tidak terpecah belah hanya karena kepentingan kelompok. “Permasalahan yang ada diselesaikan dengan jalan musyawarah seperti dicantumkan azas sila keempat dalam pembukaan UUD 1945. Dalam memilih presiden pada zaman dulu tidak berdasarkan kekayaannya, kekuasaannya namun dipilih dari keteguhan hati dan kepandaian menjadi pemimpin,” ujar Suryadharma Ali yang juga Ketua Umum PPP.
Ia meminta bangsa Indonesia memilih presiden yang memiliki visi dan misi yang jelas, tidak memilih kucing dalam karung. “Persoalan bangsa belum selesai hanya memilih pemimpin. Namun juga bagaimana mempersiapkan generasi muda yang berkarakter dan berakhlak terpuji. Pendidikan diarahkan kepada persoalan akidah. Untuk memilih pemimpin, Alquran mengajarkan pilihlah sosok yang memiliki karakter integritas, sebagaimana Tholut dan Nabi Yusuf,” ujarnya dalam akhir sambutan.
Sementara itu, Panglima TNI Jenderal Moeldoko menjelaskan peran penting ulama dalam Sistem Pertahanan Semesta (Sishanta). Jenderal asal Kediri Jawa Timur itu menjelaskan Sishanta tidak dapat terbentuk tanpa dukungan seluruh komponen negara guna memanfaatkan seluruh sumberdaya manusia dan alam, bila sewaktu-waktu terjadi perang atau ancaman negara. Ulama menurutnya memiliki peran strategis guna menciptakan karakter bangsa.
Moeldoko menjelaskan hakiki dasar bela negara yang dilakukan oleh sipil adalah panggilan hati dan spririt untuk terlibat aktif membela negara. Hal tersebut dapat tercipta melalui pembangunan karakter kebangsaan yang baik yang salah satunya dapat dilakukan oleh para ulama.
Peran tersebut menjadi semakin penting, mengingat potensi proxy war yang dapat terjadi setiap saat dan mengancam negara. Hal tersebut menurutnya lebih berbahaya dibandingkan perang secara fisik karena bisa dilakukan oleh siapa saja (non state actor). Moeldoko menjelaskan musuh bangsa ini merusak stabilitas negara melalui bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Ini sangat terlihat dari kegermaran masyarakat saat ini yang lebih gemar mengunakan produk dan budaya luar dibandingkan bangsa sendiri.
“Jumlah penduduk bumi yang mencapai 7 miliar jiwa dan terus bertambah 1 miliar setiap 10 tahunnya menyebabkan terjadinya krisis pangan, air, energi, serta penurunan daya dukung lingkungan,” ujar Moeldoko. Krisis ini menurutnya, mengancap Indonesia yang berada di wilayah ekuator dan dianugrahi berbagai sumber daya alam. Ulama memiliki peran untuk membangun kecintaan negara kepada umatnya sehingga kejadian warga negara yang menjual kekayaan alam bangsanya untuk bangsa lain, tidak terjadi.
Moeldoko mendukung prinsip LDII yang menyampaikan dakwah dengan soft dan green. Menurutnya dakwah semacam ini adalah bentuk dakwah yang paling dibutuhkan oleh bangsa ini. Tanpa kekerasan dan menyejukkan umat. “Para pengkhotbah itu seharusnya menyejukkan, bukan malah menyebar fitnah, memprovokasi, atau menjelek-jelekkangolongan lain, Khotbah kok medeni (menakutkan),” ujarnya.
Di akhir pemaparannya Moeldoko juga memuji program Trisukses generasi penerus yang digalakkan LDII. “Faqih, berakhlaqul kharimah, sudah biasa dilakukan oleh ormas Islam lain. Tapi mandiri merupakan program yang sangat luar biasa,” pujinya. Dengan mandiri menurutnya etos kerja dan pembangunan bangsa dapat tercipta dengan baik. Dirinya juga memuji petas silat yang dilakukan oleh pesilat cilik yang menyambutnya. Menurutnya silat sangat penting untuk membangun karakter bangsa, seperti yang dilakukan oleh bela diri Shaolin di China.
LDII Fokus Pembentukan Karakater Bangsa, Pelestarian Lingkungan, dan Ketahanan Pangan
Dalam Rapimnas ini LDII memaparkan berbagai keberhasilan LDII, dalam penguatan civil society sebagai masukan bagi para capres, untuk memprogramkan berbagai keberhasilan yang telah dicapai LDII, “Ormas selalu lebih objektif dibanding parpol, karena ormas lebih dekat dengan masyarakat, memahami persoalan, lalu mencari solusi. Karena pada dasarnya ormas tak memiliki sifat berkompetisi. Sehingga program LDII langsung mengena kepada masyarakat,” ujar Ketua DPP LDII Ir H Prasetyo Soenaryo, MT.
Program yang diberikan kepada para capres tak sekadar wacana namun sudah diterapkan LDII. Di bidang pembinaan karakter, LDII memiliki Tri Sukses Generasi Penerus, yaitu pembinaan generasi penerus sejak usia dini, dengan target menciptakan pemuda pemudi yang memiliki akhlak mulia, memiliki ilmu pengetahuan dan kepahaman agama yang kuat, dan memiliki sikap kemandirian.
Untuk melaksanakan Tri Sukses Generasi Penerus LDII membuat program Penggerak Pembina Generasi Penerus (PPG), yang melibatkan ulama, pendidik, mubaligh/mubalighoh, psikolog, dan orangtua. Mereka membuat kurikulum yang kemudian diajarkan hingga di tingkat Pengurus Anak Cabang dan sampai pada keluarga. PPG ini ditunjang dengan parenting skill atau ketrampilan keorangtuaan, “Kami meyakini generasi penerus yang unggul dibentuk oleh ibu, karena kehidupan anak mayoritas dekat dengan ibunya. Maka sang ibu kami beri pelatihan bagaimana merawat anak sejak di kandungan, mengasuhnya, dan membinanya ketika remaja dan dewasa,” papar Ketua DPP LDII Ir H Chriswanto Santoso, M.Si.
Program ini telah dilakukan di Jawa Timur sejak awal 1990-an dalam bentuk Training on Trainer (ToT), di mana utusan kabupaten mengajarkannya kembali hingga tingkat PAC. Hal ini juga dilakukan di berbagai kota besar oleh warga LDII.
Sementara untuk program lingkungan, sejak 2008, LDII telah melaksanakan program Go Green yang sepanjang 2008-2012 telah menanam 3,7 juta pohon dengan tingkat kematian sekitar 2 persen. Gerakan ini ditunjang dengan pembentukan Satuan Tugas (Satgas) untuk merawat pepohonan setelah ditanam. Untuk merawat lingkungan, LDII telah melaksanakan dan membudayakan daur ulang sampah, dengan memilah sampah organik dan nonorganik. Bahkan warga LDII di Cilacap Erni Nandang warga LDII membuat pakaian pesta dari sampah plastik yang didaur ulang. Di Banten Edwin Sumiroza seorang aktivis selam, membentuk gerakan penyelamatan terumbu karang. Di bidang ketahanan pangan, warga LDII Prof Sudarsono Guru Besar IPB yang berhasil membuat inovasi agar tanaman pangan lebih cepat dipanen.
Di bidang energi, LDII mendorong agar presiden terpilih nantinya melakukan inovasi pemanfaatan energi terbarukan agar Indonesia mandiri di bidang energi. Sebuah negara bisa dikatakan maju bila sanggup memanajemen energi, mampu menjaga supply and demand energi. Jadi saat harga minyak bumi naik, negeri ini tak terpengaruh. “Saat ini setiap kenaikan BBM, pemerintah selalu disibukkan dengan subsidi BBM atau tidak. LDII ingin menempatkan energi adalah kebutuhan pokok manusia, agar pemerintah maupun rakyat Indonesia memperlakukan energi bukan sebagai komoditas politik,” ujar Prasetyo Soenaryo.
Program Kerja Bagi Para Capres
Tahun pemilu yang jatuh pada 2014 ini membuat LDII sebagai ormas Islam, tertarik untuk turut andil dalam mendukung suksesnya demokrasi di Indonesia. Tidak hanya itu, LDII berkeinginan pemimpin yang akan terpilih nanti haruslah sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan kondisi Indonesia saat ini.
LDII memiliki setidaknya ada 16 pokok pikiran Rapimnas, di antaranya perlunya perbaikan proses demokrasi secara terus menerus dan berkesinambunagn, sehingga undang-undang yang dihasilkan dapat mendukung terlaksananya legitimasi etis di Indonesia. KPU juga dihimbau untuk melakukan pendidikan demokrasi dan politik di Indonesia sehingga rakyat dapat kembali percaya dengan pemilu.
Selain itu, guna mendukung stabilitas ekonomi negara, Chriswanto mengimbau perlunya perbaikan sistem pengelolaan sumberdaya alam yang bertujuan untuk kepentingan rakyat. Pihaknya juga menghimbau agar dibentuknya lembaga keuangan dan permodalan pertanian pertanian untuk mendukung stabilitas ekonomi. Tidak hanya sektor pertanian, LDII juga menghimbau pemerintah terpilih agar lebih perduli dalam hal peningkatan sektor maritim, mengingat sejarah Indonesia merupakan negara maritim.
LDII juga mengajak presiden Indonesia terpilih nantinya dapat mengembangkan generasi penerus yang profesional religius serta peningkatan IPTEK guna menciptakan generasi berwawasan dan berdaya saing. Tidak hanya kepada calon presiden Indonesia terpili, LDII juga mengajak media dan penguna teknologi informasi agar mengunakan, mengelola, serta memanfaatkan media dengan sebaik-baiknya demi kepentingan bangsa. Hal ini diharapkan dapat mendukung terciptanya generasi yang lebih baik.
Bangsa ini perlu perbaikan di segala bidang, pasalnya menurut Chriswanto, bila negara ini adalah kapal LDII sebagai penumpang harus menjaga stabilitas kapal, “Agar kami yang di dalammnya tidak mabuk. Mabuk karena goncangan kapal,” ujar Chriswanto.
Mendengar 16 pokok pikiran Rapimnas, Jokowi dan Prabowo menyambut baik usulan tersebut. Mereka mengakui pemikiran LDII sama dengan visi dan misi mereka. Jokowi dalam tanggapannya menjelaskan pula visinya dalam memperbaiki Indonesia lewat “Revolusi Mental”. Menurut Jokowi guna memperbaiki Indonesia perlu diperbaiki lewat SDM nya terlebih dahulu. Untuk itu dirinya berusaha membangun paradigma politik baru, tanpa koalisi dan politik bagi-bagi menteri.
Empat hal yang dibahas Jokowi diantaranya mengenai pengembangan pendidikan, peningkatan ketahanan pangan, penciptaan kedaulatan energi, serta peningkatan ekonomi lewat perbaikan infrastruktur di berbagai bidang. Jokowi menyampaikan setidaknya ada 70 infrastruktur yang akan diperbaiki olehnya apabila terpilih kelak.
Sementara Prabowo berjanji akan mempelajari 16 pokok pikiran Rapimnas LDII, untuk memperkuat langkah partainya. Prabowo menekankan, dirinya akan membangun Indonesia yang mandiri, di bidang politik, bidaya, ekonomi, dan menjadi bangsa yang bermartabat.
LDII dalam kesempatan Rapimnas meresmikan Majelis Taujih wal Irsyad (MTI) yang pembetukannya diumumkan saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 11-12 April 2011 di Bogor. Majelis Taujih wal Irsyad adalah lembaga yang mengkaji berbagai fenomena sosial dalam masyarakat, dipandang dari sisi agama. Fatwa-fatwa yang dikeluarkan MTI dalam bentuk keilmuan dan ubudiyah, untuk menjawab kegelisahan masyarakat dalam berbagai hal.
Dalam Rapimnas MTI melansir buku Syaroh Asmaul Husna dan 7 Transaksi Riba, dan Akad-akad Transaksi Halal. Dengan keberadaan warga LDII dan umat Islam dapat mencari jawaban atas berbagai pertanyaan mengenai kehidupan sehari-hari, baik dari sisi politik, ekonomi, sosial, dan budaya dari sudut pandang Islam.