Jakarta (19/12). Kaum muda atau kaum milenial yang sering kali disebut sebagai masa depan bangsa Indonesia, tentu harus mendapatkan pendidikan intens terkait politik. Terlebih generasi Z dan milenial akan menjadi kunci kesuksesan pemenangan di dalam Pemilu 2024.
Merujuk pada hasil sensus penduduk yang digelar oleh Badan Pusat Statistik (BPS) hingga tahun 2020, populasi kaum Gen Z dan milenial apabila digabungkan mencapai 144,3 juta atau 53,6 persen dari total penduduk Indonesia. Gen Z merupakan penduduk yang memiliki tahun kelahiran antara 1997-2012 sedangkan milenial adalah generasi yang lahir pada tahun 1981-1996.
Dalam survei yang dilaksanakan oleh Indopol Survey & Consulting, terhadap 1.230 responden berusia 17 tahun ke atas di 34 provinsi, menyatakan bahwa sebanyak 42,32 persen dari para responden jarang mendapatkan informasi terkini terkait politik. Sedangkan 22,05 persen lainnya mengaku mendapatkan informasi terkait politik dari media massa dan media sosial.
Dalam rilis resmi yang dilakukan oleh Ruang Demokrasi, Ratno Sulistiyanto selaku Direktur Eksekutif Indopol Survey & Consulting menyatakan bahwa Gen Z dan milenial dapat menjadi kunci pemenangan dalam Pemilu 2024 apabila Partai Politik dapat mengedukasi mereka dengan baik. “Partai Politik dan Cawapres harus bekerja, karena literasi dan edukasi politik yang rendah menjadi tantangan tersendiri untuk meraup suara mereka,” ujar Ratno.
Selain itu, Ratno menambahkan bahwa dengan adanya edukasi politik yang baik dari Partai Politik seperti ideologi hingga program kerja Partai Politik karena Gen Z dan milenial dapat memberikan suara yang signifikan.
Ketua Departemen Komunikasi Informasi Media (KIM) DPP LDII sekaligus Co-Founder Ruang Demokrasi, Ludhy Cahyana hadir sebagai pemateri dalam acara Rilis Survei Nasional & Launching Ruang Demokrasi: Arah Politik Milenial di Pemilu 2024.
Ludhy Cahyana menyampaikan bahwa kadang kala kaum milenial dianggap sebagai “kaum rebahan” oleh seniornya, tapi menurut hasil survei para milenial tak semalas itu. “Milenial merupakan kaum pemanfaat sosial media sejati dan juga mereka selalu mempunyai pemikiran straight forward,” jelas Ludhy.
Ludhy menambahkan, Partai Politik perlu jeli dalam menanggapi kaum Gen Z dan milenial terlebih dalam hal memanfaatkan media sosial. “Yang menjadi persoalan para partai politik adalah masalah konten di dunia sosial media yang dimasukan masih konvensional, sehingga di mata para milenial hal tersebut dianggap tidak menarik,” ucap Ludhy.
Partai Politik kini memiliki peran krusial dalam mengedukasi para kaum milenial. “Para politisi masih sering mempertontonkan bagaimana cara untuk berkuasa. Sementara politik yang seharusnya dipahami oleh para milenial adalah tentang bagaimana semua kepentingan dan cita-cita tentang masa depan Indonesia dapat terkondisi dengan baik,” tambah Ludhy.
Menjelaskan penemuannya, Ludhy menyatakan bahwa milenial selalu dipertontonkan dengan isu-isu skandal,money politik, suap, korupsi dan sebagainya. “Pendekatan Partai Politik dimasa kini jangan melulu soal jargon karena kaum milenial abai terhadap tersebut dan lebih senang pada hal yang konkrit. Sehingga politik yang diedukasi mampu mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia,” pungkas Ludhy. (Dzul/Laras/LINES)