Surabaya (25/3). Sekretaris Dewan Penasihat DPW LDII Jawa Timur (Jatim), Prof Dedid Cahya Happyanto, dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Intelligent Control dan Electric Vehicle pada Departemen Teknik Elektro, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Pengukuhan melalui Sidang Senat Terbuka di Auditorium Gedung Pascasarjana PENS, Surabaya, pada Selasa (21/3).
Direktur PENS Aliridho Barakbah berharap, pengukuhan tersebut dapat mendorong Dedid semakin produktif menghasilkan karya. “Baik riset, maupun produk yang akan membawa manfaat bagi kampus, masyarakat, bahkan bangsa Indonesia,” ujarnya.
Pada pidato orasi ilmiahnya yang berjudul “Pengembangan Teknologi Mobil Listrik Smart Car dan Infrastruktur untuk Meningkatkan Pelayanan dan Keamanan Menuju Indonesia Smart City”, Dedid mengungkapkan latar belakang penelitiannya berbasis perkembangan teknologi digital.
Ia merancang mobil pintar (smart car) yang dirancang bisa bergerak melalui sistem tanpa perlu pengemudi meskipun ada penumpangnya. “Artinya mobil listrik yang mampu mengatur dirinya. Di awal masih memakai manual, dan yang berikutnya menggunakan tanpa awak, tanpa driver, kemudian nanti dikaitkan dengan sebuah sistem. Mobil ini akan dikendarai penumpang. Penumpangnya tinggal duduk saja,” jelasnya.
Menurut Dedid, semua akan dipantau oleh sistem komunikasi dan informasi yang menggunakan Internet of Things (IoT) dan menggunakan big data dengan sistem komunikasi melalui satelit. Untuk mengembangkan penelitiannya, ia menggandeng Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
“Kami Bersama LPPM UPN Veteran Jawa Timur berhasil mengembangkan prototipe mobil listrik otonom (autonomous electric vehicle),” pungkas Ketua Persinas ASAD Jawa Timur tersebut.
Terkait pengembangan mobil listrik oleh pemerintah, menurutnya pemerintah sedang fokus bagaimana mobil listrik bisa diterapkan di Indonesia. Adapun di luar pemerintah juga sudah mulai bersiap. Hal itu mengingat polusi udara, air dan sebagainya yang semakin hari makin meningkat.
“Ada satu pabrikan tertentu yang sudah menyiapkan sistemnya. Jadi nanti kalau mau service dan sebagainya, tidak perlu lagi bilang “saya mau service”. Nanti begitu mobil masuk, operator service langsung bisa menangani dengan sendirinya karena data sudah masuk,” pungkasnya.
Selanjutnya, pemerintah tinggal mempersiapkan infrastruktur yang terkait dengan kriminalitas, bahaya-bahaya kecelakaan, itu yang disiapkan. Nanti akan ada kerjasama antara government dan swasta. Menurutnya, beberapa pihak swasta sudah mulai membangun sistemnya. Ada pabrikan otomotif dari Jepang yang sudah mulai membangun sistemnya dan sudah riset. “Insya Allah dalam waktu dekat sudah bisa diaplikasikan. Hanya pemerintah yang mempersiapkan infratrukturnya, itu yang belum,” ujarnya.
Sementara itu, dengan adanya Perpres No 55 tahun 2019 tentang “Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterei (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan”. Menurutnya itu merupakan rencana pemerintah untuk mengarah ke sana. “Karena mau tidak mau, akan ke arah mobil listrik. Mobil berbahan bakar nanti akan ditinggalkan, khususnya untuk penumpang,” imbuhnya.
Ia mengungkapkan, saat ini semua pabrikan sedang berlomba-lomba. Beberapa pabrikan dari Korea, dari Jepang, sudah berlomba-lomba. Dari Eropa pun sudah berlomba-lomba untuk menyiapkan mobil listrik tersebut. “Mengapa? 2030 pemerintah Indonesia sudah mencanangkan saatnya menggunakan mobil listrik. Sekarang tinggal 7 tahun lagi menyiapkan itu,” tambah Dedid.
Dedid menambahkan, orasi ilmiah yang ia sampaikan merupakan konsep dan ide yang akan ditawarkan kepada pemerintah. Karena menurutnya pemerintah masih fokus pada electric vehicle saja. “Karena apa? Kota-kota besar sudah bersiap-siap ke sana. Contohnya. Ada di Dubai. Meskipun bukan kota besar tetapi merupakan kota modern. Semua transportasinya juga sudah modern di sana,” kata Dedid.
Mobil listrik, lanjut Dedid, merupakan passion pribadinya. Sejak kelas 5 SD ia sudah memulai melakukan riset terkait free energy. “Saya dikukuhkan hari ini adalah start awal. Karena bidang saya adalah electric vehicle. Mobil listrik ini adalah salah satu bagian dari hidup saya,” tuturnya.
Menjawab kebutuhan trasnportasi di Indonesia, Dedid menambahkan bahwa transportasi massal dan personal itu sama saja. Hanya kalau semua pakai transportasi pribadi, deretan kemacetan semakin tinggi. Maka yang diutamakan adalah transportasi massal yang berbasis elektrik. Apakah itu di darat, ataukah di udara menggunakan rel ataukah yang lain. Yang jelas bagaimana macet itu jangan sampai terjadi. “Makanya pemerintah itu sudah saatnya menghitung, jangan hanya meluncurkan mobil-mobil baru,” jelas Dedid.
Mobil listrik yang segera akan dikembangkan adalah mobil listrik yang berbasis kecerdasan buatan. Menurut Dedid, makin lama manusia itu ingin enjoy, ingin nyaman dengan mengendarai mobil listrik. “Nanti setelah mobil listrik ini sudah jadi, kami lengkapi dengan sensor,” tutupnya.