Seandainya ada yang bertanya lagi, “Bagaimana sih keluarga yang bahagia itu?” Maka, dengan singkat saya bisa menjawab. Jelas, yakin dan pasti. Hebat kan? Ini bukan karena kepinteran saya, bukan? Sebab saya cuma membaca ayat saja. Dalilnya sudah cumepak. Tinggal mengutip saja. Jadi nggak salah kan, kalau saya bilang gampang. Dalam hal – hal begini, anak saya sering bilang cepil.., merujuk gampang dan tanpa kerja ekstra. Yaitu seperti yang diterangkan Allah dalam Surat ar-Ruum ayat 21. Itulah prototype keluarga yang bahagia. Patron keluarga idaman, bahagia dan sejahtera. Allah berfirman: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS ar-Ruum 21)
Semudah itu? Ya. Segampang itu? Ya. Kenapa tidak? Kalau memang bisa dibikin gampang kenapa dibikin susah? Kita hanya perlu meluangkan waktu sejenak untuk menyemai perhatian, melempar pandang dan menumpahkan pikiran. Coba kita perhatikan. Setiap ada acara ngantenan atau walimatul ‘urusy, biasanya ayat ini yang dijadikan pembuka – tilawahnya. Ngalap berkah – mengambil manfaat dan barokahnya. Begitu kira – kira. Tetapi memang begitulah adanya. Sebab dari ayat inilah kemudian juga muncul istilah beken: keluarga Sakinah, Mawaddah, Warohmah. Kalau bahasa kita kurang lebih keluarga yang damai, penuh kasih sayang dan sejahtera. Sekarang kita urai apa sebenarnya maksud itu semua.
Keluarga sakinah adalah keluarga yang tentram. Tenang, tak sering bergejolak. Sakinah merujuk pola komunikasi dan interaksi. Keluarga yang memadu pola komunikasi yang baik. Keluarga yang mempunyai tingkatan interaksi yang rapi. Terpola dan terstruktur. Dan yang paling penting saling memahami dan mengerti satu sama lain. Terkait dan terhubung dengan saling menguatkan satu dengan lainnya. Maka kemudian muncul keindahan, keluasan dan kelapangan dalam keluarga. Rumah yang damai yang selalu mengesankan dan suasana yang senantiasa merindukan. Penghuninya laksana tubuh yang satu.
Mawaddah terkait hubungan personal, hubungan khusus intern keluarga. Hubungan yang harmonis antara suami dan istri. Hubungaqn special antara suami – istri. Kemudian menurun pada hubungan kasih dan sayang yang baik antara bapak dan anak, ibu dan anak, serta anak dengan anak. Juga mencakup hubungan antar anggota keluarga yang lain yang ada dalam situs keluarga itu. Jejaring local. Itulah Mawaddah.
Sedangkan Rohmah adalah hubungan di luar hubungan khusus tadi. Ia lebih umum. Berupa hubungan di luar keluarga, termasuk hubungan dengan lingkungan dan Yang Maha Kuasa. Peduli dengan tetangga. Tanggap terhadap lingkungan dan tingkat kesyukuran dan ibadah yang baik kepada Khaliqnya. Keberadaannya benar – benar menjadi suatu rohmat bagi sekitarnya. Sebagai pengejawantahan rohmat yang telah Allah berikan kepadanya. Bukan disembunyikan, tapi tampak dengan sendirinya. Bisa kita sebut jejaring social.
Itulah sedikit makna sakinah, mawaddah warohmah. Dalam perkembangan selanjutnya keluarlah istilah: baiti jannati – rumahku adalah surgaku. Tak lain adalah produk dari sakinah mawadah warohmah ini. Makanya pas sekali, ketika mengiringi pasangan pengantin baru dengan sebuah doa; barokallah lakuma – semoga menjadi keluarga sakinah, mawadah warohmah. Karena memang artinya begitu dalam dan mengena. Namun kenyataannya, kata orang, susah menggapainya. Gampang diucapkan, segampang membalik telapak tangan. Giliran meraih, seperti menunggu godot.
Itu kata orang. Namun jangan kuatir. Sebab dengan membaca artikel ini, berarti Anda telah menemukan dan memulainya. Merintis jalan dengan sebuah langkah menuju keluarga sakinah, mawadah warohmah. Kenapa? Karena kita telah menyingkap maknanya dan setiap orang telah memiliki modal, yaitu pemberian awal sejak manusia lahir di dunia yakni cinta tanpa syarat. Jadi, Don’t worry be happy.
Oleh:Ustadz.Faizunal Abdillah