Di tangan Erni S. Nandang, persoalan sampah plastik yang saban hari kian menumpuk, perlahan mulai menemui titik terangnya. Limbah plastik yang dulunya tak berguna jadi bermanfaat dan bernilai ekonomi bila ditangani oleh ecopreneur yang jeli melihat peluang.
Bagi sebagian besar orang, sampah adalah masalah. Namun bagi Erni S Nandang, seorang warga LDII Cilacap, sampah adalah calon rupiah. Di tangan Erni, limbah yang sulit terurai ini bisa menjadi berbagai produk yang bernilai ekonomi.
Berbekal kreativitas, sampah yang terbuang bisa menjadi produk ciamik, mulai dari tas cantik, jas hujan, dompet, peralatan rumah tangga, pot bunga, hingga berbagai macam produk unik lainnya.
Berawal dari keprihatinan melihat limbah plastik yang berserakan, membuat wanita peraih Kalpataru itu risih. Ia mulai berinisiatif mengumpulkan sampah yang semula tak bernilai, dan menyulapnya menjadi barang-barang cantik yang bisa mendatangkan fulus.
Bahkan berkat usahanya tersebut, kini ia bisa meraup omset hingga jutaan rupiah. “Begitu lihat sampah, di tangan kami malah menjadi barang yang memiliki nilai jual. Padahal, tadinya cuma mikir yang penting barang ini tidak dibuang,” ujarnya.
Perjalanannya berkiprah dalam mengelola sampah sudah lama, sejak tahun 2008 tepatnya. Melalui Lembaga Kursus Pelatihan (LKP) Bu Nandang yang ia dirikan, Erni mulai aktif memberdayakan masyarakat untuk hidup lebih kreatif.
Setiap rupiah yang ia raup merupakan buah dari kepiawainnya memanfaatkan sampah. Padahal, bagi sebagian orang, sekadar buang sampah di tempatnya saja sulit, apalagi bicara mengelola sampah. Masalah sampah memang bukan beban bagi Erni, karena ia melakukannya dengan senang hati dan percaya bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil.
Terbukti, usahanya mulai mendulang rezeki. Kini, produk yang ia hasilkan dari limbah tak bernilai mulai digandrungi masyarakat, karena produk yang ia hasilkan bukan hanya ala kadarnya, namun berkualitas.
“Ketika sampah sudah bernilai ekonomi, maka harus ada tanggung jawab dari kita, bahwa barang tersebut harus berkualitas dan bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang,” ungkapnya.
Meski hingga kini produk branded cenderung lebih laku jika dibandingkan dengan produk daur ulang, namun Erni mengungkapkan, produk daur ulang yang ia hasilkan kerapkali memantik perhatian khalayak, karena produk daur ulang cenderung menarik dan tidak pasaran.
“Ketika orang menggunakan tas branded itu nggak ada yang nanya, tapi kalau saya memakai barang-barang yang berasal dari limbah ini, banyak yang nanya dan penasaran karena menarik,” ujarnya.
Baginya, praktik-praktik pengelolaan sampah yang ia geluti juga merupakan bagian dari ibadah. Dalam benak Erni, Islam menjadi kekuatan inspirasi mengelola sampah dan menjaga kelestarian lingkungan. “Mengelola sampah ini sebagai bentuk ibadah. Ini bagian dari dakwah,” ungkapnya.
Kepiawannya dalam mengolah sampah ia bagikan pada saat mengisi “Pelatihan Ecoprint dan Pengelolaan Sampah Plastik Wanita LDII Kabupaten Ngawi” sebagai momentum memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2023. Pelatihan tersebut diusung oleh DPP LDII pada Sabtu (18/2).
Salah satu peserta, Ati Hasanah mengungkapkan pelatihan ini menjadi inspirasi baginya dalam upaya mengurangi dan mengelola sampah, bahkan menghasilkan rupiah dari sampah. “Ini bisa menginspirasi dengan mengelola sampah yang ada, menjadi barang-barang yang unik dan bisa menghasilkan tambahan penghasilan,” ujarnya.
Melalui pelatihan tersebut, Erni S Nandang berharap para peserta mampu memilah dan mengelola sampah dengan baik, sehingga selain dapat mengurangi jumlah sampah yang terbuang, namun juga dapat menyokong ekonomi keluarga.
“Harapan saya wanita LDII Ngawi banyak tumbuh direktris-direktris baru di bidang pengelolaan sampah. Yang tadinya sampah adalah masalah, sekarang jadi sampah adalah calon rupiah,” pungkasnya. (FU/LINES)
Alhamdulillah