Oleh: Faizunal A. Abdillah
Pemerhati sosial dan lingkungan – Warga LDII tinggal di Serpong, Tangerang Selatan.
Sudah beberapa tahun terakhir ini, saya sering melakukan perjalanan panjang. Pulang pergi ke kampung halaman di akhir pekan. Total setidaknya 1.200 km, yang harus saya lahap dalam sekali perhelatan. Melelahkan memang, tapi setimpal. Bukan hanya untuk mengunjungi orang tua tercinta di sana, tetapi ada hal-hal indah yang sangat memuaskan jiwa menyertainya. Ia menyegarkan, menjernihkan pandangan, membersihkan pendengaran, mengasah mata dan hati akan kebersamaan kehidupan. Karenanya menghilangkan dahaga batin dan menyejukkan sanubari akan arti kesederhanaan dan ketulusan. Seolah sebuah amanah terbayarkan. Tuntas. Indah, terbungkus dalam ajaran mulia birrul walidain dan silaturrahim.
Seolah menambah pundi-pundi informasi, Marcel Mauss (1990) memberi judul karyanya The Gift: The Form and Reason for Exchange in Archaic Societies (Pemberian: Bentuk dan Alasan Pertukaran di Masyarakat Kuno). Sebuah buku yang menceritakan salah satu sisi kehidupan masyarakat tradisional yang layak diteladani. Bukan masalah harta, bukan juga tahta, namun sebuah keteladanan kegembiraan dalam memberi. Dalam karya antropologi indah ini, terlihat bahwa lem perekat yang menyatukan masyarakat tradisional adalah suka cita, kesenangan dan kegembiraan mereka dalam memberi. Memberi sudah melembaga. Memberi menjadi sebuah tradisi. Tengoklah senyum mereka. Resapilah suasana dan nuansanya. Damai dan indah di segala arah. Dalam hal ini Sang Guru Bijak selalu berpesan, bacalah firman indah berikut ini.
وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan (ketetapan) jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (QS Al-Baqarah:265)
Banyak sekali sisi-sisi kehidupan dari dulu sampai kini mengajarkan, di mana manusia bisa memberi. Kapan saja dan dimana saja. Bahkan tanpa modal. Tidak seperti yang sering dibayangkan banyak orang, sebab pemberian tidak harus dalam bentuk uang. Dari berbagi senyuman, mendengarkan keluhan, memberi kesempatan duluan bagi orang yang buru-buru, memberi tempat duduk pada orang tua di tempat publik, memegang pintu bila di belakang ada orang, menghormati pemimpin, menyayangi anak-anak panti asuhan, membantu istri, sampai mengalah sama anak-anak di rumah. Syukur-syukur bisa ikut membimbing masyarakat menuju kebajikan. Untuk ukuran saya yang terakhir ini terlalu jauh, untuk itu mari fokus ke diri sendiri. Dan mungkin riwayat ini akan membantu untuk fokus bertumbuh. Dari Abu Dzar, Nabi ﷺ bersabda,
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى
“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat dhuha sebanyak 2 raka’at.” (HR. Muslim).
عَنْ أَبِى بُرَيْدَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « فِى الإِنْسَانِ سِتُّونَ وَثَلاَثُمِائَةِ مَفْصِلٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهَا صَدَقَةً ». قَالُوا فَمَنِ الَّذِى يُطِيقُ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « النُّخَاعَةُ فِى الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا أَوِ الشَّىْءُ تُنَحِّيهِ عَنِ الطَّرِيقِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُ عَنْكَ
Dari Abi Buraidah, beliau mengatakan bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,“Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Rasulullah ﷺ lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup lakukan shalat dhuha dua raka’at.” (HR. Ahmad).
Layaknya masyarakat desa yang tidak dikenal dan tidak mencari ketenaran, kita bisa mulai membuat perbedaan dengan orang lain melalui tindakan-tindakan kecil yang tidak dikenal juga. Tersembunyi. Akan tetapi, niat tetap rapi. Misalnya mematikan keran air yang lupa dimatikan, memungut sampah yang dibuang sembarangan, mengurangi penggunaan sabun, sampo dan tisu, memberi makan burung, kucing atau anjing liar, sampai dengan memindahkan batu di jalan yang membahayakan pengendara lain. Dan hanya masalah waktu, bagi siapa saja yang sudah terbiasa memberi akan mengerti, ketika memberi sejatinya manusia tidak hanya membantu, melainkan juga membangunkan sifat-sifat baik yang ada dalam diri.
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ
“Barangsiapa berbuat baik, maka manfaat buat dirinya sendiri, sedangkan barang siapa yang menabur amal jelek, maka akan memberatkan bagi dirinya.” (QS Fushilat:46)
Bahkan, Sang Guru Bijak yang rajin melakukan hal-hal seperti ini berpesan: “Lihatlah alam. Dari bukit yang sejuk sampai bintang yang bercahaya di langit. Tidak ada hal lain yang dilakukan mereka terkecuali memberi. Hasilnya, tidak terdengar ada bukit yang bertengkar, tidak terdengar ada bintang yang mengeluh. Ujung-ujungnya, mereka damai”. Bukit memberi udara yang sejuk dan pemandangan yang indah. Tempat hidup dan makan bagi para binatang. Bintang memberi petunjuk jalan di kegelapan malam. Letaknya memberi tanda waktu menanam dan menggarap ladang. Ini memberi inspirasi tambahan, bahwa memberi ternyata mendamaikan.
عَنْ حَكِيْمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ، وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللهُ
Dari Hakîm bin Hizâm radhiyallahu anhu, dari Nabi ﷺ, Beliau bersabda, “Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan saat keadaankaya (tidak butuh). Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya, maka Allâh akan menjaganya dan barangsiapa yang merasa cukup, maka Allâh akan memberikan kecukupan kepadanya.” (HR Bukhary)
orang yg suka memberi sebenarnya dia menabung untuk dirinya sendiri,orang yg pelit itu suatu ketika akan kehilangan miliknya tapi tidak merasa🙏
lanjutkan terus berkarya buat ummat…….
Mantap.. teruslah berbagi kebaikan.. semoga bermanfaat untuk banyak orang.. Ajkkhro