Jakarta, (29/06). Dalam meningkatkan kualitas SDM para pengajar menghadapi industri 4.0, DPP LDII menggelar lokakarya pendidikan yang dilaksanakan di aula DPP LDII, Senayan, Jakarta Selatan, Sabtu (29/06).
Acara ini sebagai salah satu wujud implementasi hasil Rakernas 2018, Departemen Pendidikan Umum dan Pelatihan (PUP) DPP LDII yang dihadiri para pakar dan praktisi pendidik. Lokakarya mengusung tema Penguatan Kompetensi Bidang Taxonomy Bloom Bagi Education Clearing House Team (ECH) DPP LDII dan Praktisi Pendidikan.
Ketua DPP LDII, Prasetyo Sunaryo menuturkan pentingnya peningkatan kualitas SDM para pakar pendidik di era milenial. Ia mengatakan, “Para pengajar dalam naungan DPP LDII harus mengetahui dasar-dasar pendidikan, mengenal Taxonomy Bloom, lalu disesuaikan dan dikemas dalam proses belajar mengajar di era 4.0″ ujarnya.
Taxonomy Bloom adalah ilmu taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taxonomy Bloom merupakan pengetahuan mendasar dalam gradasi kognitif, afektif, psikomotorik pada peserta didik.
Praktisi dalam bidang Taxonomy Bloom, Desi Rahmawati mengatakan bahwa setiap anak itu pasti bisa menyelesaikan pelajaran sesuai dengan waktu capaian pembelajarannya.
“Guru sekarang ini bukan hanya sekedar transfer of knowledge, tapi guru juga sebagai fasilitator. Sehingga guru memerlukan banyak alat pendukungnya,” katanya.
Zulkifli Anas, pakar Taxonomy Bloom dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud RI mengatakan bahwa hal yang paling utama di bangun dalam dunia pendidikan adalah suasana. “Kurikulum merupakan suasana, sehingga setiap orang mempunyai ruang yg cukup untuk mengembangkan kapasitasnya sebagai manusia,” ujarnya.
Menurutnya, makna pendidikan adalah menciptakan suasana sehingga semua individu sadar untuk merubah diri dan nasibnya sendiri. “Semua anak jenius, tanpa terkecuali. Karena Allah tidak mengenal produk gagal. Para pakar harus mengaktifkan potensi diri dari para peserta didik,” lanjut Zulkifli Anas.
Target pendidikan di Indonesia pada tahun 2025 yaitu mencetak insan yang cerdas secara spiritual, emosional, intelektual, dan psikomotorik. Sejalan dengan pemerintah, LDII juga turut mencetak generasi muda sesuai hasil rekomendasi Rakernas LDII 2018 lalu, yakni menjadi manusia yang profesional dan religius.
Hal itu tentunya tidak terlepas dari pentingnya peran lima unsur dalam pembinaan. Lima unsur yang dimaksud yakni orang tua, pengurus, pembina, guru dan mubaligh.
Terselenggaranya acara ini diharapkan dapat membantu para pemangku kebijakan maupun para pakar pendidik dalam merumuskan tujuan pendidikan. Sehingga target pendidikan dapat tercapai.