Bahayanya konten liar serta pengaruh buruk bagi generasi produktif saat ini cenderung menjadikan pemuda Indonesia hanya sebagai penikmat atau penonton terhadap hal yang sudah dikemas dan ditampilkan menarik minat kaum muda.
Konten tersebut menjadi candu, membuat ketagihan bahkan bagi yang menanggapi secara berlebihan terkesan ‘mendewakan’ sehingga melupakan tugasnya sebagai seorang pemuda yang sedianya dapat berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
“Sebagai pengingat bagi para peserta juga Pembina Pramuka, bahwa adanya upaya melemahkan melalui konten acara yang merusak, menjauhkan kemampuan generasi muda untuk mengakses sumber daya alam, dikhawatirkan berpindah tangan, dengan menyiapkan generasi penerus yang lebih baik, maka kita berupaya juga menyelamatkan sumber sarana ibadah kita,” kata Edwin Sumiroza, salah satu Majelis Pembimbing Pramuka Sako SPN tersebut saat dijumpai.
Gelaran Temu Penegak Pandega Nasional yang baru saja digelar pada 2017 oleh Pramuka SAKO SPN telah usai. Sekitar 500 peserta penegak dan pandega dari wilayah Jakarta, Jawa Barat, Lampung, serta Gadingmangu mengakhiri pertemuan mereka di Pusdiklat Senkom, Sawangan, Bogor (27/08), Minggu kemarin.
Acara yang diadakan sejak Jumat (25/08) ini bertujuan memperkenalkan para penegak dan pandega yang masih tergolong usia produktif itu melatih kemampuan diri baik hard skill maupun soft skill. Sehingga para peserta acara baik putra maupun putri itu dapat mengenal organisasi Pramuka yang berkolaborasi dengan organisasi kemasyarakatan LDII dan berkontribusi bagi lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat.
Pelatihan kemampuan itu terbagi dalam beberapa kategori yakni, how to know (mengenali), how to share (berbagi), how to contribute (kontribusi), how to created (merancang), how to problem solved (mengatasi masalah). Kelima kategori tersebut masih terbagi lagi dalam lima belas jenis giat atau keterampilan yang diikuti para peserta baik indoor maupun outdoor.
Keterampilan tersebut antara lain, scuba diving, panahan, pengetahuan sepeda gunung, mountaineering atau pendakian, pelatihan pemadaman api dan penanggulangan kebakaran, teknologi tepat guna, fotografi jurnalistik, pembuatan kompos, pengetahuan ekosistem pesisir pantai, pendirian kemah mandiri, core agama (perawatan jenazah dan nasehat), keterampilan memasak, kearifan budaya lokal serta beauty class untuk peserta putri.
“Kami ingin menyampaikan kepada para penegak dan pandega mengenai isu lingkungan yakni pengelolaan sampah, bagaimana anak-anak muda itu bisa menghasilkan uang dari sampah. Juga menyadarkan pengetahuan geografis yakni ekologi bahari seperti ekosistem pesisir pantai, berkontribusi dari sisi ‘dakwah’ yang sadari akan lingkungan,” jelas Edwin.
Sempat melebihi kuota peserta, namun Edwin beserta panitia lainnya tetap melaksanakan kemah pertemuan tersebut sesuai jadwal yang telah dibuat.Kedepannya, ia berharap, nantinya dapat menggelar acara Pramuka seperti ini yang beriringan dengan agenda Kwarnas Pramuka.
“Anak-anak usia produktif ini, seharusnya bukan hanya sekedar memahami dan tahu, tapi juga berkontribusi lebih lanjut,” kata Edwin.