Lembaga Dakwah Islam Indonesia
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Desain Idul Adha 1446 H
    • Desain Hari Pancasila 2025
  • Nasehat Idul Adha 2025
No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Desain Idul Adha 1446 H
    • Desain Hari Pancasila 2025
  • Nasehat Idul Adha 2025
No Result
View All Result
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
No Result
View All Result
Home Artikel Opini

THAT’S THE WAY OF THE WORLD (IT OUGHT TO BE)

2010/11/15
in Opini
0
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Composed By Ranie Dewiyanti

Apa yang menjadikan seseorang lebih baik dari orang lain selain dirinya? Pendidikannya? Nenek moyang & kebangsawanannya? Posisinya di dalam masyarakat? Status ekonominya? Kepahaman agamanya? Atau kedermawanannya?

Bagi saya semua relative dan tidak absolute. Saya tidak bicara dari sudut keyakinan yang saya anut, karena teman-teman saya sangat beragam dan saya tidak berhak menyatakan orang-orang terbaik adalah orang-orang yang bisa menjalani hidup sesuai dengan keyakinan saya.
Saya akan membiarkan hal itu sebagai standar bagi diri sendiri dan lingkungan dimana saya menjalani kepahaman itu bersama-sama. Tapi seseorang yang lebih baik menurut saya, adalah seseorang yang memang akan dinilai baik oleh semua pihak atau setidaknya sebagian besar masyarakat di lingkungannya.

Padahal, konon “yang baik itu belum tentu benar”.

Bicara tentang kebenaran, lagi-lagi kita menemukan makna bahwa tidak ada kebenaran yang absolute dan paling justify selain kebenaran dariNya. Lalu kita bicara kebenaran dariNya akan dikaitkan dengan kepercayaan tiap orang mengenai kebenaran itu sendiri juga dari kacamata keyakinan yang dianutnya.
Teori relativitas kembali berperan di sini. Karena ternyata kebaikan seseorang selalu terdefiniskan melalui kriteria-kriteria kepahaman/keyakinan yang dianutnya. Dengan segudang pembatasan sebagai borderline yang bisa membuat orang yang baik tetap menjadi orang yang baik. Karena begitu borderline itu dipatahkan atau dilewati, predikat orang yang baik bisa hancur seketika. Kadang-kadang tanpa memperhitungkan nilai-nilai kebaikan lain yang masih dimiliki orang itu, yang masih ada dalam garis pembatas. Biasanya hal ini berkaitan langsung dengan opini public terhadap bobot kebaikan itu sendiri.

Makanya, apapun itu … dari pandangan di atas, dengan adanya kita hidup berdampingan dalam keberagaman, kebaikan dan kebenaran bersifat relative dan tidak absolute. Pertimbangannya selalu berdasarkan norma dan lagi-lagi keyakinan yang nantinya akan berkembang hanya di satu lingkungan.

So….
Dalam hal ini menurut hemat saya, kita memerlukan sebuah terminology kebaikan yang bersifat universal dan justify di mata semua pihak. Yang tidak akan luntur atau diragukan karena unsure-unsur bersifat pribadi yang dimiliki setiap individu. Apapun kedudukannya, pendidikannya, status ekonominya, suku bangsanya, jenis kelaminnya dan agamanya… orang tersebut tetap menjadi orang yang baik di mata semua orang.

Tentu saja hal ini sudah juga dipikirkan, dibentuk dan diterapkan oleh para pakar sosiologi kemasyarakatan. Hanya saja, dalam kurun waktu yang menjadi pengamatan saya…kebaikan yang universal tersebut tidak lagi dapat diterapkan dengan optimal. Semua melakukan kebaikan atas dasar kebaikannya sendiri, mendefinisikan perjuangan mempertahankan kebenaran dengan caranya sendiri dan melupakan keberadaan orang lain di sekelilingnya. Atas dasar value yang dipatoknya, bahkan nyawa manusia lain tidak lagi masuk dalam standar kriterianya.

Parahnya, kejadian-kejadian yang berkaitan dengan hal tersebut mempunyai dampak yang kurang lebih sama dengan apa yang dilakukannya.
Yaitu mengundang reaksi dari pihak lain yang tidak “sepaham”
dengannya. Maka terjadilah kompetisi sangat tidak sehat antar masyarakat notabene antar keyakinan (bukan hanya agama) di dalam masyarakat. Lalu semua terpecah belah dan akhirnya … mimpi hidup berdampingan dengan damai melalui wacana dan era ‘globalisasi’ (yang disosialisasikan selama lebih dari 5 tahun lalu) tidak akan pernah terwujud.

Hmmm….
Kenapa kita tidak berpikir secara global pula? Bahwa apa yang kita lakukan di situasi dan jaman seperti ini ditujukan bagi semua umat manusia di dunia. Semua umat manusia…terlepas dari diskriminasi yang memang tidak akan ada habisnya hingga akhir jaman.

Well, kembali kepada pertanyaan ‘siapakah orang yang dinilai lebih baik ?’ di atas, saya kira sangat relevan bila saya katakan bahwa dia adalah orang yang memahami kebaikan yang bersifat universal. Atau orang yang baik dalam pandangan orang secara keseluruhan. Berguna bagi lingkungannya di mana saja dia berada, dapat diterima oleh semua orang di mana saja dia berada serta melakukan banyak hal bagi siapa saja yang ada di sekitarnya.

Dan ternyata, setiap orang memiliki modal utama untuk dapat menjadi seperti itu… modal yang diberikanNya pada kita sebagai pembeda antara kita dengan hewan dan mahluk lainNya, yaitu HATI.
Dengan memiliki HATI sebagai asset utama, maka kebaikan yang bersifat universal tidak perlu lagi dipertanyakan. Karena dengan HATI kita memiliki CINTA, KASIH, WELAS ASIH, TOLERANSI, DERMAWAN DAN KESABARAN sebagai nilai-nilai kebaikan yang mendekati absolute serta diterima oleh semua orang.

 

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

KOMENTAR TERKINI

  • Angka DH on Mendikdasmen Abdul Mu’ti Berikan Apresiasi Atas Pelatihan TPPK oleh DPP LDII
  • Dimitri on LDII Batusopang Gelar Keterampilan Kerja, Wujudkan Generasi Muda Terampil dan Mandiri
  • ahmad shobirin on LDII Batusopang Gelar Keterampilan Kerja, Wujudkan Generasi Muda Terampil dan Mandiri
  • KRISHNA PURNAWAN CANDRA on Menghidupkan Pancasila di Sekolah: Membangun Ruang Belajar yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan
  • Pri Adhi Joko Purnomo on Wali Kota Palembang Ajak LDII Berantas Buta Aksara Al Quran
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Di Balik Kisah Warga LDII Tala, Tugas Kemanusiaan dan Profesional Sebagai Tenaga Kesehatan Haji

Di Balik Kisah Warga LDII Tala, Tugas Kemanusiaan dan Profesional Sebagai Tenaga Kesehatan Haji

May 24, 2025
Mendikdasmen Abdul Mu’ti Berikan Apresiasi Atas Pelatihan TPPK oleh DPP LDII

Mendikdasmen Abdul Mu’ti Berikan Apresiasi Atas Pelatihan TPPK oleh DPP LDII

May 27, 2025
Bukan Cuma untuk Mata, Ini 5 Alasan Wortel Layak Dikonsumsi Setiap Hari

Bukan Cuma untuk Mata, Ini 5 Alasan Wortel Layak Dikonsumsi Setiap Hari

May 21, 2025
Secangkir Bahagia: Belajar Bersyukur dari Kesederhanaan

Secangkir Bahagia: Belajar Bersyukur dari Kesederhanaan

May 27, 2025
Mendikdasmen Abdul Mu’ti Berikan Apresiasi Atas Pelatihan TPPK oleh DPP LDII

Mendikdasmen Abdul Mu’ti Berikan Apresiasi Atas Pelatihan TPPK oleh DPP LDII

16
Di Balik Kisah Warga LDII Tala, Tugas Kemanusiaan dan Profesional Sebagai Tenaga Kesehatan Haji

Di Balik Kisah Warga LDII Tala, Tugas Kemanusiaan dan Profesional Sebagai Tenaga Kesehatan Haji

12
Lanjut Usia, Melanjutkan Kebahagiaan

Lanjut Usia, Melanjutkan Kebahagiaan

4
Secangkir Bahagia: Belajar Bersyukur dari Kesederhanaan

Secangkir Bahagia: Belajar Bersyukur dari Kesederhanaan

4
Ketua Umum LDII: Pancasila Bukan Hanya Dasar Negara, Tapi Jiwa Bangsa

Ketua Umum LDII: Pancasila Bukan Hanya Dasar Negara, Tapi Jiwa Bangsa

June 1, 2025
Menghidupkan Pancasila di Sekolah: Membangun Ruang Belajar yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan

Menghidupkan Pancasila di Sekolah: Membangun Ruang Belajar yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan

June 1, 2025
KLH Ungkap Pentingnya Kesadaran Kolektif Tanggulangi Dampak Perubahan Iklim

KLH Ungkap Pentingnya Kesadaran Kolektif Tanggulangi Dampak Perubahan Iklim

June 1, 2025
KLH Dukung LDII Galakkan Aksi Kolektif untuk Jaga Lingkungan dan Kurangi Jejak Karbon

KLH Dukung LDII Galakkan Aksi Kolektif untuk Jaga Lingkungan dan Kurangi Jejak Karbon

June 1, 2025

DPP LDII

Jl. Tentara Pelajar No. 28 Patal Senayan 12210 - Jakarta Selatan.
Telepon: 021-57992547 / 0811-8604544

SEKRETARIAT
sekretariat[at]ldii.or.id
KIRIM BERITA
berita[at]ldii.or.id

BERITA TERKINI

  • Ketua Umum LDII: Pancasila Bukan Hanya Dasar Negara, Tapi Jiwa Bangsa June 1, 2025
  • Menghidupkan Pancasila di Sekolah: Membangun Ruang Belajar yang Aman, Nyaman, dan Menyenangkan June 1, 2025
  • KLH Ungkap Pentingnya Kesadaran Kolektif Tanggulangi Dampak Perubahan Iklim May 31, 2025

NAVIGASI

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

KATEGORI

Kirim Berita via Telegram

klik tautan berikut:
https://t.me/ldiibot

  • Home
  • Contact
  • Jadwal Shalat
  • Hitung Zakat
  • Privacy Policy
  • NUANSA PERSADA

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.

No Result
View All Result
  • HOME
  • ORGANISASI
    • Tentang LDII
    • AD / ART LDII
    • 8 Pokok Pikiran LDII
    • Susunan Pengurus DPP LDII 2021-2026
    • Fatwa MUI
    • Daftar Website LDII
    • Video LDII
    • Contact
  • RUBRIK
    • Artikel
    • Iptek
    • Kesehatan
    • Lintas Daerah
    • Organisasi
    • Opini
    • Nasehat
    • Nasional
    • Seputar LDII
    • Tahukah Anda
  • LAIN LAIN
    • Kirim Berita
    • Hitung Zakat
    • Jadwal Shalat
  • DESAIN GRAFIS
    • Desain Idul Adha 1446 H
    • Desain Hari Pancasila 2025
  • Nasehat Idul Adha 2025

© 2020 DPP LDII - Managed by KIM & IT Division.