Ramadan setiap orang berlomba-lomba mencari kebaikan. Terutama bagi pengurus LDII Jakarta Selatan, Ramadan adalah waktu yang tepat untuk mempertemukan para generasi muda untuk saling kenal, agar terbina silaturahim. Dan tentu saja, siapa tahu menemukan jodoh.
Pernikahan adalah salah satu hal yang paling esensi dalam Islam. Menikah berguna untuk menjaga diri dari kerusakan zaman, melahirkan keturunan yang saleh, sekaligus membentuk keluarga bahagia yang saling menjaga dan melindungi. Nah, soal kreasi setiap pengurus memiliki kreasi tersendiri untuk mempertemukan muda-mudi dengan jodohnya.
Acara yang dihelat di Masjid Baitul Hasan di Jalan M Kahfi 2, Lenteng Agung, Jakarta Selatan itu dihelat bertepatan dengan waktu buka puasa. Usai solat, panitia mengumpulkan peserta di lantai dua, dan membagi mereka dalam delapan kelompok. Rupanya, panitia membagi kelompok untuk ‘Tumpengan Bersama’. Teknisnya, setiap kelompok menunjuk salah seorang ketua dan ketua harus membagi jatah tumpeng yang sudah disediakan oleh panitia kepada masing-masing anggota. Jatahnya setiap orang harus pas, tidak boleh kurang atau lebih. Setelah masing-masing ketua dari tiap kelompok ditunjuk, pembawa acara mempersilahkan pembagian makanan dan dilanjut makan bersama.
Tumpeng itu menjadi semacam perekat, agar para muda mudi menjadi lebih akrab dan lebih saling mengenal. Acara yang bertajuk “Pertemuan Remaja Sehati” (12/7) ini dihelat oleh Perwakilan Wilayah Muda-Mudi CAI Jakarta Selatan, khusus untuk remaja usia nikah dalam rangka pembekalan tentang bagaimana mencari pasangan hidup dan membina rumah tangga di masa depan. Karena sudah menjadi kewajiban bagi lajang untuk melangsungkan pernikahan. Seperti yang tercantum dalam H.R Thobroni, “Barangsiapa yang telah menikah, maka telah sempurna separuh imannya. Kemudian orang itu bisa menjaga pernikahannya
maka menyempurnakan separuh keimanan yang tersisa”.
Dalam Alqur’an surat An Nisaa ayat 1, juga diterangkan bahwa dari dua orang manusia yang diciptakan oleh Allah berlainan jenis, kemudian ‘dibentangkan'(dilahirkan) dari keduanya keturunan yang banyak. Artinya, masa depan bukan hanya tentang perjuangan untuk menikah saja, namun kehidupan setelah menikah. Karena, mempertahankan sebuah pernikahan, itulah yang terkadang sulit dilakukan.
Memang, hal yang terbaik daripada melajang adalah membangun sebuah keluarga. Sebab, usia pra nikah rentan dengan pelanggaran yang berujung pada zina.
Lantas, mengapa banyak pemuda yang menunda pernikahan? Dengan alasan menunggu mapan, menunggu calon yang ‘sreg’, atau dengan seribu alasan lain yang intinya menghindari topik pernikahan. Salah satu penyampai materi ‘Baiti Jannati’, Febi Ardiansyah, sempat membagi pengalaman masa lalunya ketika akan menikah, “Saya dulu bukan orang yang mapan, bahkan modal saya sedikit, waktu itu hanya memiliki uang sejumlah Rp 4 juta dan kalau dipikir-pikir dari uang segitu gimana caranya bisa menggelar pernikahan?”
Febi menuturkan, “Pernikahan itu menghilangkan rasa khawatir. Yakinlah dengan menikah, kita akan diberi pertolongan oleh Allah”. Mempersiapkan pernikahan memang tidak mudah. Namun jika diniatkan, rintangan atau kesulitan apapun akan dimudahkan oleh Alloh. Sehingga, tidak ada alasan bagi para lajang yang memang sudah masuk usia pra nikah untuk tidak melangsungkan pernikahan. Dengan adanya pendamping hidup, Alloh memberikan ketenteraman, kasih sayang bahkan rahmat untuk kedua insan tersebut.
Pertemuan malam itu ditutup dengan nasehat dan doa dari salah satu pengurus masjid Baitul Hasan, H. Umar Mukhlison dan sesi foto bersama panitia dan peserta. (Noni/LINES)