Ulama memiliki andil yang sangat besar dalam membangun moral sebuah bangsa dan menciptakan kerukunan umat beragama. Hal tersebut diyakini karena dalam menjalankan ketatanegaraan, tidak hanya membutuhkan kepandaian saja, tetapi juga memerlukan akhlak dan moral yang baik.
Demikian dikatakan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Prijanto saat menghadiri Pelatihan Dai dan Daiyah Angkatan III, Lembaga Dakwa Islam Indonesia (LDII), di Kantor DPP LDII, Patal Senayan, Jakarta Selatan, Sabtu (27/2).
“Dengan adanya pelatihan dai dan daiyah seperti ini, diharapkan dapat memberi dakwah yang bisa membangun kerukunan umat beragama,” ujarnya. Dalam konteks ketatanegaraan yang menjadi pilar negara adalah eksekutif, yudikatif dan legislatif. Masing-masing lembaga ini memiliki peran masing-masing yang sangat besar dalam pembangunan bangsa ini,
Diakui, peran ulama selama ini sangat besar dalam mewujudkan masyarakat yang agamis, dewasa dan berakhlaku karimah. Hal ini nampaknya juga berdampak positif dalam kehidupan demokrasi. Misalnya, saat terjadi gelombang unjuk rasa besar-besaran di Jakarta, semua berjalan tertib dan damai, tidak ada anarkis sedikitpun. “Kondusifnya demo di Jakarta juga merupakan salah satu hasil yang dikerjakan para ulama dalam berdakwah,” jelasnya.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Munzir Tamam menuturkan, melalui dakwah dapat menyampaikan ajaran-ajaran kepada masyarakat. Namun perlu diperhatikan juga cara penyampaiannya, karena jika salah dalam pemberiannya maka penerimaannya juga akan buruk. “Untuk itu, pelatihan seperti ini sangat penting untuk memberikan pengarahan kepada para dai dan daiyah,” jelasnya.
Ketua Pelaksana Pelatihan Dai dan Daiyah, Tri Gunawan Hadi, menjelaskan pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas dai dan daiyah sehingga mempu berperan aktif dalam masyarakat, serta mampu menghadapi perubahan zaman di era globalisasi. “Tantangan dakwah kini kian beragam dan dibutuhkan pengetahuan yang lebih dari para juru dakwah,” jelasnya.
Rencananya, pelatihan dai dan daiyah tersebut akan diselenggarakan pada 27 Februari hingga 3 Maret, yang diikuti oleh 120 peserta dari seluruh Indonesia. Dengan sedikitnya delapan materi yang akan disampaikan. Diantaranya, mewaspadai bahaya permurtadan dan aliran sesat, ilmu qalam, serta fatwa kontemporer. [www.beritajakarta.com]
Sumber :http://blogldii.wordpress.com