Banda Aceh (8/8) – Sekitar 400 anggota Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Provinsi Aceh mendapat pembekalan empat pilar kebangsaan yang disampaikan oleh Ketua MPR RI DR (HC) Zulkifli Hasan di gedung pertemuan Anjong Mon Mata Banda Aceh, yang juga dihadiri sejumlah ormas Islam dan ormas-ormas lainnya.
Hadir pada acara tersebut Ketua Umum DPP LDII Prof Dr Ir Abdullah Syam, MSc, Ketua DPP LDII Ir Criswanto Santoso, MSc, Sekretaris DPP LDII Rioberto Sidauruk, Anggota DPR RI Muslim Ayub, Ketua DPW PAN Aceh Anwar Ahmad, dan Ketua DPW LDII Aceh H Heru Dwi S, SE.
Heru menyampaikan apresiasi kepada Ketua MPR RI Zulkifli Hasan yang telah memberikan pembekalan terhadap kader dan anggota LDII dari seluruh kabupaten dan kota di Aceh.
Dengan pembekalan ini, selain masalah agama warga LDII juga memahami kedudukannya sebagai warga negara Indonesia yang tunduk dan patuh kepada Pemerintah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
“Mungkin semua warga LDII sudah pernah belajar tentang Pancasila dan UUD 45, namun dengan adanya pembekalan empat pilar ini lebih mengingatkan kembali lagi dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga negara yang baik,” katanya.
Pada kesempatan itu, Zulkifli Hasan yang juga Ketua Umum DPP PAN itu menekankan pentingnya Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara dan Bhineka Tunggal Ika yang merupakan semboyan negara.
Sosialisasi empat pilar tersebut, menurut Zulkifli, bertujuan meningkatkan pemahaman serta mengingatkan kembali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Ia juga berkata bahwa suatu bangsa akan menjadi maju dan berkembang apabila bangsa tersebut memahami tiga hal, yakni ilmu pengetahuan, saling percaya dan mempunyai nilai luhur.
Zulkifli berharap agar para ulama khususnya kader dan warga LDII dapat membantu MPR dalam mensosialisasikan empat pilar kebangsaan, karena tidak mungkin untuk membangun nilai luhur hanya dilakukan oleh anggota MPR saja.
Ia mengatakan, kemerdekaan Indonesia pada 72 tahun lalu juga merupakan jerih payah para ulama, sehingga menjadi negara yang berdaulat seperti saat ini.
“Umat Islam di Indonesia bersatu dan tidak saling curiga, sehingga kebersamaan ini bisa dikonversi menjadi kekuatan ekonomi. Kita sesama Islam seharusnya bersatu saling mencintai, karena kalau kita kompak, maka bisa dikonversi menjadi kekuatan politik yang besar,” kata Zul.
Tentunya, bangsa Indonesia juga tidak ingin seperti yang terjadi di Timur Tengah dimana sesama Islam saling berperang. Zulkifli mencontohkan sebab Belanda bisa lama menjajah Indonesia, karena pada saat itu rakyat Indonesia yang mayoritas umat Islam rela diadu domba sehingga sulit untuk bersatu.
“Oleh karenanya, sejarah yang kelam pada masa lalu itu agar tidak terulang lagi, caranya umat Islam harus bersatu dan saling mencintai,” tutur Zul.
“Ini tugas kita semua, khususnya ormas Islam untuk bersatu dan saling menghargai. Jangan sampai masalah sepele, seperti jenggot dan celana cingkrang menjadi perselisihan di antara sesama Islam,” kata Zulkifli. Bila umat Islam bersatu, maka bangsa Indonesia yang mayoritas Islam akan disegani bangsa-bangsa lain, karena rakyatnya kompak.