Oleh Siti Nurannisaa
“Ibu, kemari … lihat aku bisa!”
Panggilan yang kerap kali terdengar dalam keseharian seorang Ibu di tengah aktivitas yang sedang dilakukan dalam keluarga.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan pondasi penting dalam pembangunan sumber daya manusia. Di dalam keluarga terdapat peran strategis Ibu untuk memperkokoh sebuah keluarga. Ibu menempati posisi sentral dalam kegiatan keluarga. Ia menjadi sumber pusat emosi, peranan, dan melakukan berbagai hal untuk kebutuhan semua anggota keluarga. Bahkan menjadi madrasah pertama bagi anak.
Berfungsi atau tidaknya Ibu akan memberikan pengaruh terhadap kehidupan seorang anak kelak kemudian hari. Bila Ibu memahami, melaksanakan tugas serta tanggung jawabnya dalam mendidik dan mengarahkan anak dengan baik (dengan keteladanannya). Artinya Ibu sedang menanam benih kebaikan dan menunggu waktu terbaik datangnya berbagai kemudahan dan hasilnya pada masa depan.
Susana emosi Ibu memiliki aspek positif dan negatif pada suasana emosi di rumah. Ibu yang bahagia akan membuat keluarganya bahagia. Seorang Ibu perlu memberikan keseimbangan dalam membangun hubungan dengan anggota keluarganya. Ibu dengan pasangannya, Ibu dengan anak-anaknya, dan Ibu dengan dirinya sendiri.
Ibu, bersama pasangan bisa membangun komunikasi saling mendengar dan memahami satu sama lain. Bekerja sama dalam pengasuhan anak dan tugas rumah tangga. Secara berkala menciptakan waktu berkegiatan berdua, untuk membangun romantisme agar hubungan semakin sehat dan dekat.
Bersama anak, Ibu bisa melatih berbagai keterampilan untuk membangun pengasuhan positif, di antaranya mendengar aktif, membantu anak mengatasi perasaannya. Memberikan dukungan positif, dengan memberi penghargaan atau apresiasi bisa anak menunjukkan perilaku positif. Menjadi teman bagi anak, untuk mencurahkan perasaan, ide dan gagasan. Bersama pasangan menjadi contoh atau teladan yang baik bagi anak.
Sebagai pusat emosi keluarga, hal penting yang juga perlu dilakukan secara rutin oleh seorang ibu adalah merawat hubungan dengan dirinya sendiri. Secara seimbang Ibu perlu meluangkan waktu untuk merawat fisik, misalnya perawatan tubuh, kulit, wajah dan lainnya, serta perawatan psikis atau mental, di antaranya meluangkan waktu untuk diri sendiri atau “me time” yaitu meluangkan waktu untuk diri sendiri melakukan aktivitas yang disukai. Relaksasi seperti mengatur nafas, pijat, atau berolahraga. Tidak menuntut terlalu banyak pada diri sendiri dan mengukur kemampuan diri. Membagi tujuan keberhasilan besar menjadi tujuan-tujuan yang lebih kecil dan nyaman dilakukan.
Dalam perjalanan kehidupan, tidak ada Ibu yang sempurna, maka Ibu perlu memaafkan diri sendiri apabila ada hal yang mungkin belum terlaksana sesuai harapan. Ibu dapat memberi apresiasi kepada diri sendiri, sebagai wujud rasa syukur jika ada hal yang telah berhasil dilakukan, misalnya mencari waktu sejenak “Alhamdulillah Allah memberi kemudahan dalam aktivitas hari ini” …. ditemani secangkir teh dan camilan kesukaan.
Peran Ibu memang tidaklah mudah. Sebelum seorang anak lahir, ibu selalu berdoa agar kelak anaknya menjadi orang-orang yang berbakti kepada orangtua. Ketika anaknya lahir, ibu merawat, membesarkan dan mendidiknya. Itu semua dilakukan dengan hati, tidak ada seorang ibu yang rela anaknya tumbuh dengan dalam lingkungan tidak aman dan ketidaknyamanan.
Dalam pengasuhan Ibu, terdapat ketulusan, kesabaran, kasih sayang, tidak kenal lelah dan pengorbanan. Memberi, tak harap imbalan, berkorban tanpa perhitungan, membesarkan tanpa balasan, dan mendidik dengan segala kemampuan. Allah SWT telah menentukan peran tersebut, jika Ibu melakukan dengan semata-mata untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT, Insya Allah berbagai kemudahan dan pertolongan akan datang bersamaan dengan upaya yang dilakukan.
Tidak ada Ibu yang sempurna, ketidaksempunaan dan usaha terbaiknya merupakan karakteristik dan kekhasan, yang menjadikannya keunikan tersendiri bagi seluruh anggota keluarganya.
Kasih sayangnya mungkin tak banyak terlihat wujudnya, namun meneduhkan dan terasa di hati. Menjaga setiap ritme kehidupan dalam rumah, menumbuhkan kekuatan agar anak-anaknya siap untuk melangkah dan berkarya bagi dirinya sendiri. Bersama dalam doanya ada ridha Allah SWT untuk kemudahan dan kebarokahan kehidupan mereka kelak.
Doa kami untuk Ibu, tidak hanya untuk hari ini, namun Insya Allah sepanjang kehidupan yang dititipkan Allah SWT pada kami.
Dr. Siti Nurannisaa P.B, S.Sn, M.Pd adalah Ketua DPP Korbid Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Keluarga
nice artikel bu sultan ndy.
ajkk
Ibuuuu… Peran yg tak dpt tergantikan
Ibuuuu… Ciptaan tuhan yg istimewa
Ibuuuu… Tulus cinta kasihmu
Alhamdulillah jazaa kilahu khoiro mb nisaa
Ibu tangguh keluarga utuh aaamiiiiin
Salam dr KSB 1
Ibu tak tergantikan perannya.
ibu, pintu surgaku