Jakarta (3/9). Setiap 3 September, bangsa Indonesia memperingati Hari Palang Merah Indonesia (PMI). Dengan peringatan tersebut, diharapkan rakyat Indonesia dapat mengenang sekaligus mengapresiasi dedikasi dan kontribusi PMI, dalam membangun solidaritas sosial dalam masyarakat.
Hal tersebut ditegaskan Ketua DPW LDII Lampung, Aditya yang juga dokter yang meraih gelar magister di bidang biomedis. Merunut sejarah, Presiden Sukarno memerintahkan dokter Buntaran Martoatmojo membentuk PMI pada 3 September 1945. Selanjutnya, pada 17 September 1945, PMI dipimpin oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta, dan resmi menjadi anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah pada tahun 1950.
Aditya mengatakan sebagai organisasi sosial yang bergerak di bidang kemanusiaan, PMI banyak membantu masyarakat dan menggelar berbagai kegiatan kemanusiaan, baik di Indonesia maupun dunia. PMI memiliki peran penting dalam memberikan dukungan kepada masyarakat dalam situasi darurat seperti bencana alam, kecelakaan, dan situasi krisis lainnya. Organisasi ini juga aktif dalam melaksanakan berbagai program kesehatan, pendidikan, dan kegiatan sosial lainnya.
“Kami (LDII) mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya serta mendoakan agar PMI terus berkiprah positif untuk seluruh umat manusia, terutama di daerah bencana,” kata Aditya dalam keterangannya, Selasa (3/9/2024).
Ia mengatakan Hari PMI adalah momen untuk menghargai kerja keras dan dedikasi para relawan dan staf PMI, yang berkomitmen untuk membantu sesama. Perayaan ini juga mengingatkan semua tentang pentingnya solidaritas dan kepedulian terhadap orang lain. Dalam dunia yang seringkali dipenuhi dengan tantangan dan krisis, peran PMI sebagai organisasi kemanusiaan sangat vital.
Peringatan Hari PMI juga merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk terlibat dan memberikan dukungan. Baik itu melalui partisipasi dalam kegiatan donor darah, menjadi relawan, atau menyebarkan informasi tentang pentingnya bantuan kemanusiaan, setiap kontribusi memiliki dampak yang besar.
Namun ia juga mengingatkan, tidak tepat bila mengandalkan pemerintah dan organisasi sosial untuk menyelesaikan permasalahan sosial. Masyarakat didorong untuk aktif untuk berkontribusi menyelesaikan bencana maupun masalah sosial yang terjadi di lingkungannya.
“Setiap insan serta organisasi harus terus bersinergi dan berkolaborasi, bahu membahu membantu sesama. Serta memikirkan upaya dari mulai sebelum terjadi bencana, saat bencana dan pasca bencana. Sehingga, bisa memberikan bantuan maksimal serta meminimalisir dampak bencananya,” pungkasnya.
Setetes darah bisa menyelamatkan nyawa seseorang