Berbeda dengan keluarga tradisional di mana hanya suami yang berperan mencari penghasilan, maka dalam keluarga "modern" banyak dijumpai pasangan yang sama-sama bekerja. Tak ayal kondisi dua kantung penghasilan ini pun memerlukan strategi khusus dalam mengelolanya. Ada suami yang “menitipkan” seluruh gajinya pada istrinya. Mereka membuka rekening di bank yang, meski atas nama suami, sang istri tetap bisa menarik dana. Pertimbangannya sederhana, kalau mau kredit apa-apa 'kan lebih mudah. Jadi di dalam rekening itu bercampur semua penghasilan suami dan penghasilan istri. Ada juga pasangan suami istri yang menyimpan uangnya di rekening masing-masing. Cara seperti ini juga tidak mengenal istilah 'uang suami' atau 'uang istri', karena yang diperoleh dipakai bersama-sama. Meski penyimpanannya bisa di rekening pribadi masing-masing, yang penting kalau ada kebutuhan, bisa segera teratasi.
Menyinggung masalah penyimpanan dalam bentuk satu atau dua rekening pribadi, Richard Sutrisno tidak melihat mana yang lebih baik. "Yang penting adalah itikad si penyimpan. Bisa saja ia tidak memberi tahu berapa jumlah uang di rekeningnya, karena akan disimpan untuk keperluan nanti. Misalnya, memberi kejutan untuk anggota keluarga yang berulang tahun, atau persiapan anak masuk universitas, yang kalau harus diambil dari dana sehari-hari bisa merepotkan," ujarnya.Namun, ada saja orang yang sengaja merahasiakan simpanan uangnya untuk memenuhi kepentingan diri sendiri dengan menerapkan konsep "uang saya atau uang kamu" dalam kehidupan rumah tangganya. Ini bisa mengindikasikan adanya unsur niat tidak baik, curiga, atau tidak percaya dari salah satu pasangannya, yang bisa berkembang menjadi perselisihan.Karena itu, masalahnya bukan disimpan pada satu atau dua rekening terpisah. Tapi pada tujuannya, untuk membahagiakan keluarga yang bisa dicapai dengan bermacam-macam cara.