Kebahagiaan keluarga, menurut Richard Sutrisno, akan tercapai antara lain bila pasangan dapat menata keuangan dengan baik. "Peganglah motto, banyak yang ditawarkan, beli sesuai kebutuhan."Untuk menentukan kebutuhan ada beberapa pertanyaan yang bisa digunakan untuk menguji. Pertama, 'Apa barang yang dibutuhkan?' Selanjutnya, sebagai penguat, 'Benarkah barang itu benar-benar kita perlukan?' Pertanyaan berikut akan mencoba mengukur kekuatan kantung kita, 'Apakah dananya ada?' Nah, kalau sampai dana yang ada tidak mencukupi, kita perlu menghitung dengan 'Apakah kuantitasnya bisa dikurangi?' Kalau ternyata tidak bisa, satu-satunya jalan adalah, 'Apakah kualitasnya bisa dikurangi?'Untuk menyelesaikan masalah penentuan kebutuhan harus secara menyeluruh. Dengan mencoba menghitung begini, kita telah berusaha membuat persiapan untuk cadangan kehidupan esok hari, karena kita tidak perlu berutang.
Sebagai contoh sederhana, saat orang memutuskan membeli 5 kg beras Rojolele, tapi ternyata kekuatan kantungnya tidak memungkinkan, maka ia perlu menghitung, apakah jumlahnya bisa dikurangi? Ternyata tidak mungkin, karena beras itu dibutuhkan oleh seluruh anggota keluarganya. Jalan keluarnya, cobalah membeli beras jenis lain dengan mutu yang lebih rendah dan harga yang lebih murah.
Tidak ngoyo
Kesepakatan suami istri tak hanya perlu dalam menentukan kebutuhan sehari-hari, juga saat menentukan prioritas kebutuhan tambahan lain. Karena keputusan sepihak memungkinkan timbulnya rasa kecewa pada salah satu pihak. Pernah suatu ketika seorang istri merasa sangat sedih karena tidak bisa membeli barang yang sangat ia inginkan dengan uangnya sendiri. Alasannya, ia tidak ingin ribut dengan suaminya, karena barang itu bukan termasuk kebutuhan prioritas.Namun sebagai pasangan yang terdiri atas individu-individu, tak jarang setiap individu memiliki keinginan untuk membeli sesuatu yang bukan bagian dari prioritas kebutuhan keluarga.
Tetapi sebaiknya keinginan itu juga tidak sampai membabi buta sehingga mengganggu urusan sehari-hari. Itulah pentingnya keterbukaan. Katakan saja, apa yang diperlukan. Seandainya, istri memerlukan tata rias, keperluan itu jangan diartikan sebagai keperluan pribadi istri. Karena, istri cantik dan rapi itu 'kan untuk menyenangkan keluarga juga. Demikian sebaliknya, bila suatu ketika suami harus mengeluarkan uang untuk menjamu rekan kantor, tentu didasarkan untuk kepentingan keluarga.Kesadaran ini pun harus terus dipertahankan, agar jangan sampai terjerumus untuk berperilaku boros. Bagi mereka yang cenderung berwatak demikian, jangan pernah bosan mengingatkan akibatnya bila kita mengeluarkan dana di luar kemampuan. Walaupun lebihnya sedikit, lama-lama jadi besar. Belum lagi kalau kekurangan itu berusaha ditutup dengan berutang. Karena berutang yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif bisa menjerat leher semakin dalam.
Karena bagi mereka yang memiliki pendapatan yang sekadar cukup, dimenganjurkan untuk menyisihkan minimal 10%. Dalam keadaan kurang, nilai yang disisihkan pun tidak seharusnya dikurangi, karena tabungan bukanlah sisa kelebihan. Tabungan sebenarnya adalah kebutuhan sekarang untuk digunakan nanti. Jadi sama dengan membeli kebutuhan wajib lainnya, beras misalnya. Tabungan adalah pengeluaran dana yang wajib kita sisihkan langsung setelah menerima gaji.Lambat laun tabungan tersebut akan membesar, sehingga pemiliknya akan dipaksa berpikir untuk apa uang simpanannya. Investasi misalnya. Bentuknya bisa bermacam-macam, emas batangan, saham, malah kalau cukup besar bisa untuk membeli tanah.