Kediri (6/9). Kecamatan Pesantren Kota Kediri menyelenggarakan minilokakarya tribulanan lintas Sektoral Kecamatan Pesantren, pada Jumat pagi (1/9). Acara tersebut dihadiri berbagai lembaga, termasuk Pondok Pesantren Wali Barokah, Kota Kediri, Jawa Timur.
Acara yang dilaksanakan di Ruang Cendana Puskesmas Pesantren II tersebut, mendiskusikan tentang stunting, strategi komunikasi percepatan pencegahan stunting, dan tuberculosis.
Yuni Ulifah dari Dinas Kesehatan Kota Kediri menyampaikan, pihaknya terus menggalakkan lima kegiatan prioritas dalam rangka Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia (RAN PASTI). Lima kegiatan itu, berupa penyediaan data keluarga berisiko stunting, pendampingan keluarga berisiko stunting, pendampingan semua calon pengantin, surveilans keluarga berisiko stunting, dan audit kasus stunting.
Menurut Yuni, strategi yang dilakukan haruslah tepat sasaran. Mulai pencegahan lahirnya anak stunting hingga pemberian intervensi pada kasus stunting. “Oleh karena itu, perlu dukungan berbagai pihak sehingga program yang dijalankan pemerintah bisa berjalan optimal dan tujuannya tercapai,” imbuhnya.
Ia mengapresiasi langkah pemerintah Kecamatan Pesantren, Puskesmas, stakeholder, serta peran masyarakat yang terus melakukan koordinasi. Dengan demikian Kota Kediri masuk dalam lima besar kabupaten dan kota yang berhasil menurunkan angka stunting. “Prestasi ini cukup menggembirakan, di samping juga menjadi tantangan bagi pemerintah Kota Kediri ke depan,” tambah Yuni.
Upaya yang terus dikebut adalah mengoptimalkan kehadiran balita di posyandu. Ia mengingatkan kepada masyarakat agar membawa kartu keluarga (KK) saat ke Posyandu, “Karena sistem pencatatan data saat ini by name NIK Address,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Pesantren 2 Dwi Nugerahini mengatakan, pihaknya telah melakukan intervensi pencegahan stunting khususnya bagi remaja putri usia SMP. Seperti, penguatan kepatuhan dalam mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) pada remaja putri diikuti peningkatan gizi bagi anak-anak. “Target Kota Kediri ke depannya adalah menjadi zero growth stunting,” katanya.
Selain stunting, diare bagi bayi dan balita menjadi perhatian serius dari pemerintah Kota Kediri. Bayi dan balita merupakan usia yang sangat rentan terhadap virus dan penyakit. Apalagi kasus diare ini juga menjadi salah penyebab terbanyak pada kasus kematian pada bayi dan balita.
Dengan melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kota Kediri mengadakan imunisasi vaksin baru skala nasional, yaitu rotavirus. Dan di Kota Kediri vaksin tersebut pertama kali diberikan beberapa waktu lalu diseluruh puskesmas dan rumah sakit. Vaksin akan diberikan sebanyak tiga kali pada bayi, usia dua bulan, tiga bulan dan empat bulan dengan dosis lima tetes.
Jika pemberian vaksin rotavirus pada ketiga bulan tersebut mengalami keterlambatan, bayi masih bisa diberikan vaksin rotavirus hingga maksimal usia enam bulan 29 hari. Berdasarkan riset, sejauh ini vaksin tersebut halal dan aman, serta diberikan secara cuma-cuma alias gratis.
“Monggo buat para orangtua yang memiliki bayi usia 2, 3 dan 4 bulan yang belum mendapatkan vaksinasi rotavirus, langsung saja datang ke Puskesmas Pesantren 2, tidak perlu takut dan khawatir,” terangnya.
Dwi juga mengingatkan tentang pentingnya penanggulangan penyakit TBC. Dampak yang ditimbulkan sangat luar biasa. “Jika dalam 1 RT ada 2 orang yang positif TBC, maka akan dilakukan screening semua warga yang ada di RT tersebut,” pungkasnya. (Mzdha)
Semoga tambah jaya